Senin, 29 Agustus 2016

Kisah Ukasyah dan Rasulullah

RASULULLAH SAW SEDANG SAKIT.....

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum
meninggal.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama,
sehingga kondisi beliau sangat lemah.
Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal
memanggil semua sahabat datang ke Masjid.
Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dg para
sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak
lama tidak mendapat taushiyah dr Rasulullah SAW.
Beliau duduk dg lemah di atas mimbar. Wajahnya
terlihat pucat, menahan sakit yg tengah
dilderitanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai
sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah
telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa
sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya
Tuhan yg layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat,
" Benar wahai Rasulullah, Engkau telah
sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah
SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah
menyampaikan amanah ini kpd mereka."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa
yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh
para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yg
menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah.
Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan
segala urusan dg manusia. Maka aku ingin
bertanya kpd kalian semua. Adakah aku
berhutang kpd kalian? Aku ingin menyelesaikan
hutang tsb. Karena aku tidak mau bertemu dg
Allah dlm keadaan berhutang dg manusia."
Ketika itu semua sahabat diam, dan dlm hati
masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW
berhutang dg kita? Kamilah yg banyak berhutang
kpd Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu
sebanyak 3 kali.
Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama
UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sblm
masuk Islam, dia berkata:
"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini.
Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta
engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang,
maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai
Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu
ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau
pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi
cambuk tsb tidak kena pada belakang kuda, tapi
justru terkena pada dadaku, karena ketika itu
aku berdiri di belakang kuda yg engkau tunggangi
wahai Rasulullah".
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata:
"Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah.
Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku
akan terima hal yg sama."
Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata:
"Kalau begitu aku ingin segera melakukannya
wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah
mengatakan demikian. Sedangkan ketika itu
sebagian sahabat berteriak marah pd Ukasyah.
"Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah.
bukankah Baginda sedang sakit..!?"
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.
Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di
rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian
Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta
cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjawab dg nada sedih: "Cambuk ini akan
digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya
berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah?
Ayahku sdg sakit, kalau mau mukul, pukullah aku
anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan
antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tsb ke Masjid lalu
diberikan kpd Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke
hadapan Rasulullah. Tiba2 Abu bakar berdiri
menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul,
pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg
apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah
sahabtnya di kala suka dan duka. Kalau engkau
hendak memukul, maka pukullah aku".
Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini
urusan antara aku dg Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian
Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata:
"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah
aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar
nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat
untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak
boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti
Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani
menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu
mayatku..!."
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dg
Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba2
berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu
Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama
mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dg
Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah. Tiba2
tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu
kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan
Husen. Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah
sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami
Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami
saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu
kesayangan Rasulullah, dg memukul kami
sesungguhnya itu sama dg menyakIiti kakek
kami, wahai Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2
kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek
dg Paman Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar, dg lantang
Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya
Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di
bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka
turunlah ke bawah sini."
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih
Allah itu meminta bbrp sahabat memapahnya ke
bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi,
lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak
memakai baju, Ya Rasulullah"
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan
Ukasyah.
Tanpa berlama2 dlm keadaan lemah, Rasulullah
membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh
Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu
terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah
sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu
berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah
SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2,
kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-
eratnya. Sambil menangis sejadi2nya, Ukasyah
berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana
ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya
Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku
dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu. Seumur
hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena
sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak
akan dimakan oleh api neraka. Dan sungguh aku
takut dengan api neraka. Maafkan aku ya
Rasulullah..."
Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin
melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian
para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.
*****
Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah
ini berulang-ulang, tetap saja aku menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan
kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT....
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammand.
Allahumma sholli 'alayhi wassalam.������

CINTA DUNIA TANDA ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT


✍�� Abu Turab al-Maraghy rahimahullah (wafat tahun 492 H) berkata:

تعليم مسألة لطالب أحب إلي مما على الأرض من شيء، والله لا أفلح قلب تعلق بالدنيا وأهلها، وإنما العلم دليل، فمن لم يدله علمه على الزهد في الدنيا وأهلها لم يحصل على طائل من العلم، ولو علم ما علم، فإنما ذلك ظاهر من العلم، والعلم النافع وراء ذلك، والله لو قطعت يدي ورجلي وقلعت عيني أحب إلي من ولاية فيها انقطاع عن الله والدار الآخرة، وما هو سبب فوز المتقين وسعادة المؤمنين.

“Mengajarkan sebuah masalah agama lebih aku cintai dibandingkan apapun yang ada di muka bumi.

☝�� Demi Allah, tidak akan beruntung hati yang tergantung dengan dunia dan para pemburunya.

✋�� Sesungguhnya tujuan dari ilmu hanyalah untuk dijadikan sebagai petunjuk, maka siapa yang ilmunya tidak menuntun dia kepada sikap merendahkan dunia dan para pemburunya, berarti dia tidak mendapatkan hasil dari ilmu tersebut, walaupun dia memiliki sekian banyak ilmu, karena sesungguhnya itu hanyalah lahiriah ilmu saja, sedangkan ilmu yang bermanfaat adalah tujuan di balik semua itu.

✊�� Demi Allah, seandainya tangan dan kakiku dipotong dan mataku dicungkil, hal itu lebih aku cintai dibandingkan kekuasaan yang mengandung hal-hal yang akan memutuskan hubungan dengan Allah dan negeri akhirat serta hal-hal yang merupakan sebab keberuntungan bagi orang-orang yang bertakwa dan kebahagiaan orang-orang yang beriman.”

�� Al-Muntazham, jilid 17 hlm. 51, Tarikhul Islam, jilid 10 hlm. 721, dan Siyarul A’lam, jilid 14 hlm. 184

MEMBANTU DENGAN BANTUAN TERBAIK

Hikmah Tauhiid

(Oleh : Aa Gym)

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Kaya, mengaruniakan kepada kita kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Alloh Swt. berfirman, “Barangsiapa yang memberikan pertolongan yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan, barangsiapa memberi pertolongan yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An Nisaa [4] : 85)

Saudaraku, jika kita berniat menolong orang lain, maka laksanakanlah niat itu, berikanlah pertolongan dengan sesuatu yang terbaik yang bisa kita lakukan untuknya. Bayangkan jika kita ada di posisi dia. Ketika ada saudara kita yang tertimba bencana alam, kemudian kita hendak memberi bantuan pakaian, maka bantulah dengan pakaian-pakaian yang patut. Jangan mentang-mentang untuk sumbangan, maka kita memberikan baju-baju bekas yang sudah sobek, kucel atau bolong.

Bantulah dengan hal terbaik yang bisa kita berikan. Inilah perbuatan yang Alloh sukai. Karena ketika kita memberi bantuan secara ikhlas dengan hal yang terbaik, sesungguhnya kita tidak pernah rugi. Sebaliknya, justru kita beruntung karena setiap kebaikan yang kita lakukan sesungguhnya itu akan kembali kepada kita. Demikian juga dengan setiap keburukan yang kita lakukan, pasti akan kembali kepada kita.

Meskipun yang akan kita berikan adalah pakaian bekas, namun perlakukanlah pakaian itu dengan baik. Cuci terlebih dulu, setrika, lipat dengan pantas sebagaimana pakaian itu adalah untuk kita kenakan sendiri.  Jangan sampai kita memberikan barang untuk orang lain dengan alasan karena barang tersebut sudah jelek. Alasan kita memberikan sesuatu kepada orang lain justru harus karena barang itu masih bagus untuk dipakai.

Betapa indah Islam ini. Semoga Alloh Swt. senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang gemar menolong dan meringankan beban saudaranya.Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]

*** Silahkan bisa di share untuk sahabat dan saudara lainnya. Semoga menjadi jalan amal kebaikan. Aamiin..

Pembayaran jasa qurban

Syeikh Ali Jaber meluruskan beberapa pemahaman yang keliru tentang tata cara pelaksanaan ibadah Qurban.

1. JUMLAH DAN ATAS NAMA QURBAN

Ada pemahaman yang berkembang di masyarakat, satu orang wajib berkurban dengan satu ekor kambing. Apabila dalam sebuah keluarga ada lima orang anak, maka menjadi genap tujuh orang sehingga wajib berkurban dengan 1 ekor sapi (konversi dari 7 ekor kambing). Jika tidak mampu, maka bisa berqurban dengan kambing dahulu, misal tahun ini mampu 1 ekor kambing atas nama istri, tahun depan atas nama anak, demikian seterusnya hingga seluruh anggota keluarga sudah dijatah per 1 ekor kambing.

"Ini hal keliru! Qurban berbeda dengan Aqiqah dan Zakat Fitrah yang dihitung perorang. Qurban hitungannya perkeluarga bukan perorang. Ketika nabi Ibrahim AS hendak sembelih Ismail, diganti dengan 1 ekor kambing oleh Allah SWT, padahal Ibrahim beserta 2 istri dan 2 anak harusnya lima ekor. Demikian juga Nabi Muhammad SAW, berkurban dengan 2 kambing. Pada kambing pertama beliau berkata 'Bismillah atas nama Muhammad dan keluarga Muhammad'. Lalu pada kambing kedua beliau berkata 'Atas namaku dan ummatku'. Padahal berapa jumlah istri dan anak serta umat beliau?" kata Syeikh Ali menjelaskan.

"Kewajiban itu tidak lebih dari 1 ekor kambing. Jika mampu 1 sapi atau 1000 sapi silahkan, karena tidak ada larangan atas kemampuan. Misalnya seorang bapak dengan seorang anak berqurban dengan 1 kambing, sah. Dengan 1 sapi silahkan. Seorang bapak dengan 4 orang istri dan masing-masing 10 orang anak hendak berqurban, wajib dengan 1 kambing saja untuk 45 orang sekeluarga. Jika mampu 1000 kambing atau 1000 sapi, boleh, silahkan," lanjutnya.

Tentang nama-nama yang disebut saat penyembelihan, Syeikh Ali mengatakan tidak ada kewajiban atas hal tersebut. Karena hakikatnya menyebut atas nama keluarga sudah mencakup seluruh anggota keluarga termasuk orang tua yang sudah meninggal dunia.

"Bismillah atas namaku dan keluarga. Tidak perlu membawa nama-nama. Atas namaku dan keluarga sudah termasuk orang tua yang meninggal. Ada sebagian ulama membolehkan, kalau kita mampu dan mau khusus, kambing atas nama orang tua, tidak masalah. Kalau tidak mampu, maka 1 ekor sudah termasuk keluarga dan orang tua kita. Ini adalah salah satu sedekah yang berguna bagi orang tua yang meninggal di keluarga kita," katanya.

2. MAKAN DAGING QURBAN

Sebagian besar masyakarat tidak mau memakan daging qurban dengan alasan ingin disedekahkan semua untuk fakir miskin.

"Padahal ini adalah sunnah Rasul seperti dalam aqiqah. Rasulullah membagi qurban menjadi tiga, pertama dihadiahkan kepada orang kaya untuk silaturrahim, kedua disedekahkan untuk orang miskin, dan yang ketiga untuk diri sendiri. Bahkan Rasulullah SAW sebelum shalat 'Ied berpuasa, lalu membatalkannya sesudah shalat dari hasil sembelihan hewan qurban," kata Syeikh Ali.

Beliau menekankan bahwa daging qurban yang ingin disedekahkan semua tidak masalah, namun mengajak jamaah agar sesekali menghidupkan sunnah Rasul dengan memakan daging qurban.

3. PEMBAYARAN DENGAN KULIT DAN KEPALA

Persoalan ketiga yang beliau sorot adalah maraknya pembayaran ongkos penyembelihan hewan qurban dengan kulit dan kepala, padahal tidak dibenarkan.

"Tidak boleh pembayaran hasil sembelihan dari kulitnya. Banyak tukang sembelih datang, ketika kita tawarkan untuk sembelih dan tanya berapa, 'ndak papa kasi aja kulitnya sama kepalanya'. Jangan anda setuju dan terima," kata beliau menegaskan.

"Qurban itu lillahi ta'ala bukan jual beli. Kalau sudah dijual berarti bukan qurban karena tidak lillahi ta'ala," tambahnya.

Beliau memberikan jalan keluar dengan terlebih dahulu menjelaskan akad awal dengan tukang sembelih terutama berapa ongkos atau biaya yang diminta. Sedangkan kulit dan kepala bisa diberikan sebagai hadiah.

"Ijab kabul. Tentukan, misal ongkos sembelihan 50 ribu. Jika setuju, selesai! Jika sesudah penyembelihan kita berikan ongkosnya dan tambahkan kulit dan kepala sebagai hadiah, tidak masalah. Tetapi bukan untuk bayar sembelihan. Jadi harus dibedakan," kata beliau.

Beliau juga menegaskan bahwa amalan ibadah qurban bisa tidak diterima Allah, jika sebagian dari hasil sembelihan dijadikan pembayaran atau ongkos.

(Syeikh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber, adalah salah seorang Imam di Mesjid Nabawi, Madinah. Beliau menyelesaikan 30 juz hafalan Al-Qur'an pada usia 11 tahun di Madinah. Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan dengan mengaji kepada para Syeikh di Mesjid Nabawi).

PERBEDAAN ORANG BARAT VS ISLAM DALAM MENYEMBELIH SAPI

Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam.
Jelang Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan daging sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang barat terkejut.

Simak penelitian ini.

1. Rasulullah tak pernah belajar cardiology tapi syari’atnya membuktikan penelitian ilmu modern.

2. Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

3. Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

4. Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

5. Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.

6. Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

7. Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

8. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

Pertama
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua
Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketiga
Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

Keempat
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Penyembelihan Cara Barat

Pertama
Segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

Kedua
Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketiga
Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat
Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

Bukan Ekspresi Rasa Sakit!

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!

Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Subhanallah… Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah dari setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang mulia ini.

Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, aku dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.

Minggu, 21 Agustus 2016

18 Cara Mendidik Anak Seputar Aqidah dan Ibadah

Mendidik anak merupakan kewajiban yang begitu mulia sekalis berat yang Alloh embankan kepada para orang tua. Alloh menganugrahkan kita anak dan mengamanahkan agar dapat mendidiknya menjadi anak yang baik akhlak dan agamanya.

Oleh sebab itu Alloh Subhanahu wa Ta'ala selalu mengingatkan kepada setiap orang tua untuk senantiasa menjaga amanah itu dengan baik. Mengasuh dan membimbingnya pada kebaikan yang akan membawanya ke syurga dan menjauhkannya dari siksa api neraka.

Alloh berfirman yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka" [ Qs. At Tahrim: 6 ]

 Rosululloh juga bersabda:
"Jika Anak Adam mati, terputusllah semua amalannya kecuali 3 hal; sedekah jariah, Ilmu yang bermanfaat dan do'a anak sholih yang mendo'akannya"

Berikut ini kami sajikan untuk anda 18 cara mendidik anak mengenai persoalan Aqidah dan Muamalah yang dapat anda terapkan di rumah maupun di sekolah tempat anada mengajar.

Persoalan Aqidah

Ajari anak anda Kalimat Tauhid “ Laa Illaaha Illalloh “ beserta konsekwunsinya.Ajarkan padanya mengapa kita diciptakan [QS. Adz-Dzariyat: 58 ]Jangan terlalu banyak menakuti anak dengan neraka, siksa dan kemarahan Alloh, sehingga anak tidak membayangkan bahwa Alloh itu mengerikan.Buat anak anda lebih mencintai AllohIngatkan agar selalu menjauhi dosa sekalipun dalam keadaan sendiri, karena Alloh maha melihat.Perbanyak mendengarkan kalimat-kalimat yang mengandung dzikrulloh seperti; Bsmillah, Alhamdulillah, astaghfirulloh dan lain-lain.Ajari anak ia agar mencintai Rosululloh. Hal ini bisa di tempuh dengan menyebutkan keagungan sifat Rosul atau membacakan sirohnya.Tanamkan pada dirinya mengenai iman terhadap qodo’ wal Qodar. Ajarkan bahwa aa yang Alloh akan terjadi dan apa yang Alloh tidak kehendaki maka tidak akan pernah terjadi.Ajukan kepadanya beberapa pertanyaan seputar aqidah. Seperti; “siapa tuhanmu?”... Siapa nabimu ?”...” Apa agamamu ?” “...Kenapa kita diciptakan ?.... Siapa yang memberi kita rizki dan makan ?” dll.

Persoalan Ibadah

Ajari anak anda Rukun Islam!Latih dia untuk menjaga sholatnya. Jika sudah berumur 7 tahun keatas anda dapat menderanya dengan deraan yang ringan dan tidak mencederai. !Bawa dia ke masjid dan contohkan juga bagaimana berwudzu yang baik !Latih dia berpuasa sejak dini agar kebiasaan ini melekat hingga dewasa !Motifasi dia untuk menghafal ayat-ayat al quran yang dianggap mudah seperti Juz Amma.!Berikan dia hadiah saat hafalannya bertambah !Jangan memberikan tekanan dengan terlalu banyak hafalan dan pelajaran. Berikan sewajarnya agar ia tidak menganggap belajar adalah sebuah hukuman yang mengerikan !Sadarilah bahwa anda adalah qudwah atau contoh untuk anak. Jika engkau bermalas-malas atau enggan beribadah maka anak anda juga akan terpengaruh oleh sikap anda sebagai  sang ayah. !Ajarkan anak anda untuk sedekah. Anda bisa mencontohkan dengan bersedekah di depan matanya. Atau anda juga dapat memberikan uang kepadanya dan menyuruhnya untuk mensedekahkan !

Just sharing....

_..Risau akan kejadian yang menimpa Vincentius Billy (mahasiswa FEUI yg ditemukan gantung diri di kamar kosnya karena Depresi nilainya anjlok) saya menemukan tulisan yang layak direnungkan oleh para orang tua:_

*KAJIAN PARENTING*

By  : _Ibu Elly Risman_
( *Senior Psikolog dan Konsultan, UI* )

Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka _izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri ._

Jangan memainkan semua peran,

_ya jadi ibu,_
_ya jadi koki,_
_ya jadi tukang cuci._

*ya jadi ayah,*
*ya jadi supir,*
*ya jadi tukang ledeng,*

Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya. *Tidak ada sinyal S.O.S!*
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, *"Sini...Ayah bantu!".*

#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, *"Sini...Mama saja".*

#Tali sepatu sulit diikat, *"Sini...Ayah ikatkan".*

#Kecipratan sedikit minyak
*"Sudah sini, Mama aja yang masak".*

Kapan anaknya bisa?

Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, *_Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?_*

Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.

Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.

Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas mnyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.

Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.

Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk *_AQ_* nya.

AQ?
Apa itu?
*ADVERSITY QUOTIENT*

Menurut Paul G. Stoltz,
*_AQ_ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.*

Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.

So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...

*Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit menangis, sedikit kecewa, sedikit telat, dan sedikit kehujanan.*

_Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan._
Ajari mereka menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
*Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?*

Bisa2 anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.

Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.

Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa *bertahan.*
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang _*tidak bisa dihindari.*_

*Selamat merenung.*

Rabu, 17 Agustus 2016

Mengenal Sunnah

Kalau kita pernah berada di dalam 'masa-masa' sebelum mengenal sunnah seharusnya memang kita lebih bersabar dengan celaan,,dengan cibiran dan semisalnya dari orang-orang yang belum Allah hidayahkan sunnah kepada mereka..
Jangan terlalu diambil hati tentang ucapan dan perbuatan buruk mereka..
Ya sabar itu memang susah..
Ikhlas itu tidak mudah..
Legowo dan lapang dada pun tidak mudah..
Membalas celaan dan perbuatan buruk dengan akhlaq dan perkataan serta perbuatan yang baik itu pun tidak mudah..
Beneran.. Asli tidak mudah..
Apalagi perkataan atau perbuataan buruk itu dari kerabat kita bahkan orangtua kita sendiri..
Tidak selayaknya kita membenci dan emosi..
Apalagi meluapkan emosi kita di ranah publik..
Mungkin kita pernah memiliki fikiran negatif tentang sunnah (ya itu dulu sebelum kita kenal sunnah)..
Bisa jadi itu sekarang terjadi pada saudara kita yang lain..
Dan bisa jadi esok mereka pun akan Allah beri hidayah untuk mengenal sunnah..
Karena Allah yang Maha Memberi hidayah kepada orang-orang yang dikehendakiNya dan berkehendak membolak-balikkan hati hamba-hambaNya..

Yaah kita in sya Allah sudah sering ke majelis ilmu,,kita belajar tentang sunnah.. Se tidaknya ya idealnya memang itu seharusnya membawa perubahan kepada akhlaq,,perbuatan,,dan lisan kita..
Jangan sampai yang berubah hanya cashing luar atau catatan yang tebal..

Ketika kita dicela,diperlakukan buruk oleh oranglain..
Lantas kita kesal,,marah,,dan membalas lalu apa bedanya mereka dengan kita yang sudah ngaji?
Saya kira namanya kesal atau sedikit kecewa itu wajar..
Tapi jangan sampai hal itu seolah membuat kita 'bangga' dan 'merasa lebih' karena sudah ngaji..

Coba deh dulu pas sebelum kenal sunnah.. Gimana?
Kita nya aja sekarang dikit-dikit ngerti dan faham..
Jadi wajar saja kalau terkadang ada perkataan dan perbuatan yang kurang mengenakkan dari saudara-saudara kita yang belum belajar sunnah..

contohnya saja menghadapi orangtua kita sendiri..
Jangan pernah ada prasangka buruk kepada mereka..
Ketika kita ditentang bahkan mungkin ada orangtuanya yang mencela (Kalau orangtua saya Alhamdulillaah tidak sampai mencela meskipun belum belajar sunnah) bukan malah kita membenci atau mengatakan mereka kolot/susah dan tidak mudah menerima kebenaran
Atau ada kerabat kita yang kadaang suka ngomen ini-itu atau suka mencibir..
Ya wajar saja lah mereka belum ngaji,,kasih udzur kepada mereka..
Wajar kalau ada fikiran negatif tentang sunnah..

Idealnya setelah ngaji kita lebih sayang kepada orangtua kita..
Idealnya setelah ngaji kita lebih sabar,,ikhlas dan lapang dada menghadapi segala celaan/cibiran/dan semisalnya..
Belajar sunnah bukan untuk merendahkan yang belum kenal sunnah..
Jika memang bisa meluruskan dengan perkataan yang baik maka lakukanlah..
Jika belum mampu setidaknya diam dan mendo'akan mereka..
Belajar sunnah pun bukan untuk berbangga-bangga 'saya sudah nyunnah'..
Idealnya memang dalam hal akhlaq dan lisan harus ada perbedaan ketika kita sudah ngaji..
Membalas akhlaq buruk dengan buruk lalu apa bedanya?
Membalas celanaan dengan celaan lalu apa bedanya?
Ada yang merendahkan,,lantas kita merendahkan juga lalu apa bedanya?
Semua ini memang tidak mudah.. Tapi apa salahnya jika kita belajar untuk mencoba?
Karena sabar dan ikhlas -In Sya Allah- akan dibalas dengan surga..

Sabtu, 13 Agustus 2016

Apakah itu Muwasafat Tarbiyah?

Muwasafat Tarbiyah adalah kriteria yang perlu ditanamkan dalam diri untuk menjana kepribadian Muslim yang syumul.
1) Aqidah Sejahtera (Salim-ul Aqidah)
Tidak menjampi kecuali dengan al-Quran yang ma’thur
Tidak berhubung dengan Jin
Tidak meminta bantuan dari orang yang meminta bantuan jin
Tidak menenung nasib
Tidak mendekati tukang tilik
Tidak mengusap kubur
Tidak meminta bantuan dari simati
Tidak bersumpah dengan selain Allah
Tidak mempercayai adanya sial
Mengikhlaskan amal kerana Allah
Mengimani rukun-rukun Iman
Mensyukuri Allah swt ketika menerima nikmat
Sentiasa sedar Syaitan adalah musuh
Menerima sepenuhnya dari Allah dan menolak sesuatu yang diturunkan selain Allah swt
2) Ibadah Yang Sahih (Shahih-ul 'Ibadah)
Tidak menolak untuk melaungkan azan
Bersuci dengan sempurna
Sangat menghargai solat berjemaah
Sangat suka berjemaah di masjid
Memperbaiki mutu solat
Qiamullail seminggu sekali
Menunaikan zakat
Berpuasa wajib
Berpuasa sunat sehari setiap bulan
Ada niat untuk menunaikan haji
Beriltizam dengan adab-adab tilawah
Khusyuk ketka membaca al-Quran
Menghafaz 1 juzuk dari al-Quran
Berdoa pada waktu-waktu yang diutamakan
Mengakhiri harinya dengan taubat dan istighfar
Menjadikan setiap amalan mempunyai niat
Menjauhi dosa-dosa besar
Sentiasa membaca zikir pagi
Sentiasa membaca zikir petang
Mengingati Allah swt pada setiap situasi
Menunaikan Nazar
Menyebarkan Salam
Menahan anggota dari perkara haram
Beri’tikaf di bulan Ramadhan jika ada peluang
Menggunakan sugi/siwak
Sentiasa bersuci (berwudhuk) sedaya mungkin
3) Akhlak Yang Mantap (Matin-ul Khuluq)
Tidak takabbur
Mempunyai pendirian
Tidak menipu
Tidak mencaci
Tidak mengadu domba
Tidak mengumpat
Tidak berdusta
Tidak mengejek
Tidak memperlekehkan sesuatu kumpulan
Tidak berkawan dengan orang yang berkelakuan buruk
Mengasihi orang yang lebih muda
Menghormati orang yang lebih tua
Menunaikan janji
Menundukkan pandangan
Menjaga rahsia
Menutup dosa orang lain
Cemburu terhadap isteri
Mempunyai perasaan cemburu atas agamanya
4) Mampu Berdikari (Qadirun 'Ala-l Kasbi)
Menjauhi pekerjaaan yang haram
Menjauhi riba
Menjauhi judi
Menjauhi penipuan
Menunaikan zakat
Membuat simpanan walaupun sedikit
Tidak menangguh-nangguhkan tugasan yang diamanahkan
Memelihara harta awam
Memelihara harta peribadi
5) Berpengetahuan luas (Mutsaqqaf-ul Fikri)
Mampu membaca dan menulis dengan baik
Membaca tafsir 1 juzuk dari al-Quran
Memelihara hukum-hukum tilawah
Menghafaz setengah dari hadith 40
Menghafaz 20 hadith dari Riyadhusshalihin
Mengkaji marhalah Makkah dan menguasai ciri-cirinya yang penting
Mengenali sepuluh orang yang dijanjikan Syurga
Mengetahui hukum-hukum taharah/bersuci
Mengetahui hukum-hukum solat
Mengetahui hukum-hukum puasa
Membaca sesuatu di luar bidangnya. 4 jam seminggu
Memahirkan diri dengan wasilah-wasilah moden
Sentiasa peka akan serangan Zionis terhadap Islam
Mengetahui pertubuhan-pertubuhan yg menyeleweng
Mengetahui aspek keburukan dari perancang keluarga
Mendengar dengan baik
Mampu memberikan pandangan
Bersedia menerima tugas-tugas kolektif
Tidak menerima syubahat yang dilemparkan keatas kita
6) Tubuh Yang Cergas (Qawwiy-ul Jism)
Bersih tubuh badan
Bersih pakaian
Tempat tinggal yang bersih
Beriltizam dgn sunnah (adab) makan dan minum
Tidak berjaga malam berlebihan
Iltizam dgn senaman 2 jam seminggu
Bangun sebelum terbit fajar/subuh
Mematuhi kaedah membaca dari aspek kesihatan
Meninggalkan tabiat merokok
Menjauhi tempat-tempat kotor
Menjauhi tempat-tempat berpenyakit
7) Menguasai Diri (Mujahadat-ul Li Nafsi)
Menjauhi perkara-perkara haram
Menjauhi tempat-tempat lalai yang diharamkan
Meninggalkan tempat-tempat maksiat
8)Teratur urusannya (Munazhzhamun Fi Syu'unihi)
Penampilan yang elok
Tidak mempunyai hubungan dengan pihak yang menentang Islam
9)Sangat Menghargai Masa (Harishun 'Ala Waqtihi)
Bangun awal
Menggunakan masa tertentu untuk belajar
10)Bermanfaat Kepada Orang Lain (Nafi'un Li Ghairihi)
Menunaikan hak ibu bapa
Menyertai majlis-majlis kegembiraan
Membantu orang-orang yang memerlukan
Membimbing orang yang sesat
Berkahwin dengan pasangan yang sesuai

Jumat, 12 Agustus 2016

14 prinsip dasar keluarga muslim dalam mendidik anak menurut Al Qur’an

1. Anakmu bukanlah pilihanmu. Mereka menjadi anakmu bukan juga karena keinginan mereka, tetapi takdir Allah. (QS. 28: 68, QS. 42 : 49-50)

2. Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus ditunaikan. (QS. 8 : 27-28)

3. Orangtua lah yang menginginkan anak. Dan keinginanmu adalah janjimu kepada Allah. Maka tepatilah janjimu karena akan Allah minta pertanggungjawabannya. (QS. 5 : 1, QS. 17 : 34, QS. 13 :19-24)

4. Allah tidak membebanimu melampaui  kesanggupanmu, maka bersungguh-sungguhlah. (QS. 2 :233, QS. 64 : 16, QS. 3 : 102, QS. 22 : 78)

5. Allah tidak mewajibkanmu membentuk anakmu mahir dalam segala hal. Allah mewajibkanmu membentuknya menjadi anak shalih yang terbebas dari api neraka. (QS. 66 : 6, QS. 46 : 15)

6. Jangan berharap kebaikan dari anakmu bila tidak mendidik mereka menjadi anak yang shaleh. (QS. 11 : 46, QS. 19 : 59)

7. Janganlah berharap banyak pada anakmu jika kamu tidak mendidiknya sebagaimana mestinya. (QS. 17 : 24)

8. Didiklah anakmu sesuai fitrahnya. (QS. 30 : 30)

9. Janganlah menginginkan anakmu sebagai anak yang shalih sebelum engkau menjadi shalih lebih dahulu. (QS. 61 : 2, QS. 66 : 6)

10. Janganlah menuntut hakmu dari anakmu, sebelum engkau memberi haknya. (QS. 1 : 5)

11. Janganlah menuntut hakmu dari anakmu, sampai engkau memenuhi hak Allah atasmu. (QS. 2: 83, QS. 4 :36, QS. 6 : 151, QS. 17 : 23-24)

12. Berbuat baiklah pada anakmu, bahkan sebelum mereka dilahirkan.

13. Janganlah engkau berfikir tentang hasil akhir dari usahamu mendidik, tetapi bersungguh-sungguhlah dalam mendidik. (QS. 11 : 63)

14. Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu. (QS. 15 : 99).

Kamis, 11 Agustus 2016

Filosofi Kebersamaan

Kenapa hujan itu menyenangkan ??
Karena turunnya rame2
Pasti garing kalau hujan itu turunnya hanya satu tetes. Lantas satu tetes lagi dan seterus nya, ya kan ?
Kenapa nasi itu mengenyangkan ??
Karena disajikan rame2 juga
Pasti kita bengong kalau hanya satu butir saja disajikan diatas piring. Dan kita pasti bertanya mau makan apa ??
Tahu nggak gigi itu berguna karena rame2 berbaris rapi
Tapi kalau tdk berbaris rapi, pasti ompong namanya kalau cuma ada satu gigi
Dan tidak bisa buat mengunyah, ya kan ? Dan hanya bisa dipakai buat tersenyum dan org akan aneh melihatnya
Nah, maka itu, didunia ini sesuatu yang positif selalu spesial apabila dilakukan rame2
Contoh : Gotong royong, rame2 tentu lebih oke
Belajar rame2 itu lebih banyak yang dipelajari
Bekerja, rame2 itu lebih cepat selesai
Itulah gunanya teman2 rame2 di group ini dan baik2 makanya jadi heboh
Apalagi ada teman2 yang saling menasehati & mengingatkan, itu menjadi lebih seru
Maka itu keyboard laptop atau HP / Iphone harus lengkap
Karena kalau hilang satu saja, rasanya tidak utuh lagi dan ngak tahu lagi bagaimana pakainya ??
Begitulah pertemanan di sini
Hilang satu, terasa kosong semuanya
Kalau lengkap dan Rame2 pasti menyenangkan
Kesimpulan Jika kita berada dalam pertemanan, maka itu lebih baik daripada bengong sendirian
Semoga hari ini kita semua dapat bersukacita menikmati hidup ini. Aamiin
Tetaplah bertahan dalam INDAHNYA KEBERSAMAAN

Poliganti

Oleh: Cahyadi Takariyawan

Tidak semua wanita keberatan dengan poligami. Dalam realitas sehari-hari, ada juga wanita yang merelakan suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Justru karena ingin menjaga sang suami agar tidak terjatuh ke dalam tindakan dan perbuatan dosa. Ada pula wanita yang mengingnkan suaminya menikah lagi, karena ingin menolong wanita lainnya. Seperti kisah Novie, yang mencarikan istri untuk suaminya, Budi, berikut ini.
Budi dan Novie adalah pasangan suami istri yang tampak bahagia dan harmonis. Keluarga mereka hidup damai dengan tiga anak hasil pernikahan sepuluh tahun yang sudah mereka jalani bersama. Tidak ada yang istimewa dari keluarga ini, semua tampak biasa saja sebagaimana keluarga pada umumnya.
Saat Novie Ingin Suaminya Menikah Lagi
Suatu ketika, Novie mengajak Budi untuk berbincang serius.
“Maukah engkau menikah lagi?” tanya Novie.
“Hah? Ngapain kamu ngomong seperti itu.... “ jawab Budi heran.
“Aku serius dengan pertanyaanku. Maukah engkau menikah lag?” Novie mengulang pertanyaannya.
“Kok nanya begitu? Ga ada angin ga ada hujan. Aku ga mau bahas kayak gitu.....” jawab Budi.
“Aku tidak main-main Bang... Ada seorang janda yang aku sangat ingin engkau menikahinya....” ungkap Novie.
Rupanya ada peristiwa yang melatarbelakangi permintaan Novie tersebut.  Suatu ketika, Novie bertemu dengan seorang anak kecil yang tengah menangis. Ia menghampiri dan mengajaknya mengobrol. Dari peristiwa ini, Novie menjadi kenal dengan Cherry, si anak kecil mungil, dan ibunya yang sudah menjanda. Pertemanan mereka menjadi makin akrab, sering nelpon, berkunjung ke rumah, dan berkegiatan bersama. Novie senang bisa menemani Cherry yang ditinggal mati ayahnya lantaran sakit.
Ada kata-kata Cherry yang selalu mengganggu perasaan Novie. “Aku ingin punya ayah. Aku ingin diajak jalan-jalan sama ayah, seperti teman-temanku. Tiap hari Minggu teman-temanku diajak jalan-jalan oleh ayahnya....”
Kata-kata polos dari seorang anak kecil, membuat hati Novie meleleh. Bermalam-malam ia memikirkan Cherry dengan ekspresi lugunya. Hingga akhirnya Novie memutuskan untuk menawarkan ibu Cherry untuk dinikahi suaminya, dengan motivasi agar Cherry memiliki ayah sebagaimana yang diinginkan. Namun ternyata tidak mudah bagi Novie untuk meyakinkan Budi. Lebih mudah bagi Novie untuk menyiapkan diri sendiri agar rela berbagi, karena merasa tidak tega atas kondisi Cherry yang obsesif ingin memiliki ayah.
“Kamu jangan ngawur, Novie. Aku tidak ada keinginan untuk menikah lagi. Jangan memaksa aku”, jawab Budi, setelah berkali-kali Novie memaksa Budi untuk menikahi ibunya Cherry.
Sebagaimana tidak semua wanita keberatan dengan poligami, rupanya tidak semua laki-laki mau melakukan poligami. Selama ini kadang kita sering mendengar stereotip di masyarakat, bahwa semua wanita keberatan dipoligami, dan semua laki-laki maunya poligami. Persepsi seperti ini tentu saja tidak benar, karena semua orang memiliki alasan dan cara pandang tersendiri tentang masalah ini. Nyatanya ada wanita yang sangat ingin suaminya menikah lagi, dan ada laki-laki yang menolak untuk melakukan poligami.
Semua memiliki pertimbangan, perhitungan dan alasan yang menyangkut kondisi dirinya. Berbeda-beda kondisi satu orang dengan orang lainnya.  Tidak bisa diseragamkan sikap mereka terhadap poligami. Oleh karena itu, proses poligami jangan sampai menjadi sesuatu yang merusak kebahagiaan hidup berumah tangga. Jangan ada paksa memaksa, baik dari segi suami maupun dari segi istri.
Suami jangan memaksakan kehendak untuk poligami, tanpa menyiapkan dan menimbang perasaan serta kondisi sang istri. Demikian pula istri jangan memaksakan kehendak agar suaminya melakukan poligami tanpa mau tahu ketidaksiapan suami. Hendaknya semua ditimbang, diperhitungkan, dipersiapkan, dilakukan proses dengan baik. Suami dan istri hendaknya berbincang dari hati ke hati, tanpa ada ancaman atau paksaan, atau doktrin yang menyebabkan satu pihak berada dalam suasana tertekan saat mengambil keputusan.
Keberhasilan poligami dipengaruhi oleh proses yang ditempuh untuk melaksanakannya, yang dijiwai oleh kesiapan dari semua pihak. Bukan paksa memaksa, bukan menghalalkan semua cara, karena poligami diatur dengan aturan agama serta negara.
Poliganti
Rupanya Novie merasa gagal mengkondisikan suaminya untuk menikahi ibunya Cherry. Bahkan kata-kata pamungkas Novie tidak juga mempan bagi Budi untuk menikah lagi.
“Mungkin Abang menolak menikahi dia karena Abang belum pernah melihat langsung orangnya. Aku bisa atur pertemuan dengan dia, agar Abang mengenal dan bisa tertarik. Orangnya masih muda dan cantik jelita. Abang pasti akan suka setelah melihatnya”, kalimat inipun tidak mempan bagi Budi.
“Kalau Abang menikahi dia, itu telah menolong anak yatim. Itu perbuatan yang sangat mulia. Dan itu juga membuat aku bisa masuk surga karena merelakanmu  menikahi janda”, kalimat inipun tidak membuat Budi berbunga-bunga.
Novie sudah kehilangan senjata untuk membuat Budi bersedia menikahi ibunya Cherry. Setelah melalui perjuangan panjang mengkondisikan Budi, akhirnya Novie pun menyerah.
“Jadi, apa yang Abang kehendaki? Bukankah poligami itu sunnah Rasul? Kenapa Abang tidak mau melakukannya?” tanya Novie.
“Aku tidak menolak sunnah Rasul. Masih sangat banyak sunnah Rasul lainnya yang juga belum aku lakukan” jawab Budi.
“Contohnya apa Bang?” tanya Novie.
“Poliganti”, jawab Budi sambil tersenyum-senyum.
“Apa itu Bang?”
“Nabi Saw hanya menikah dengan Khadijah sampai wafatnya Khadijah. Setelah Khadijah wafat barulah Nabi Saw menikah lagi. Nah itu yang Abang sebut sebagai poliganti. Yaitu menikah lagi setelah istrinya meninggal”, jawab Budi.
“Jadi aku akan merawat dan menjagamu sampai akhir hayatmu, sebagaimana aku ingin engkau merawat dan menjagaku sampai akhir hayatku. Nanti kalau kamu meninggal duluan, barulah aku akan menikah lagi....” lanjut Budi.
“Waw so sweet Bang..... “
“Nah, sekarang pertanyaannya, kapan kamu meninggal Dek?”
“Aaaaaarrrrghhh............”
Kalibata, 12 Agustus 2016
*) Budi, Novie, Cherry – bukan nama sebenarnya

Sumber : http://m.kompasiana.com/pakcah/poliganti_57ad2449119773472a0d4938

TERNYATA HIDUPKU CERMINAN DARI SHOLATKU


Barangsiapa terbiasa menunda sholat, maka ia harus siap tertunda dalam segala urusan kehidupannya : nikah, pekerjaan, keturunan, kesehatan, kemapanan, petunjuk dan lain-lain.

Hasan al-Bashri berkata :
ﺃَﻱُّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻳَﻌِﺰُّ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﺩِﻳﻨِﻚَ ﺇِﺫَﺍ ﻫَﺎﻧَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺻَﻠَﺎﺗُﻚَ ﻭَﺃَﻧﺖ ﺃﻭﻝ ﻣَﺎ ﺗﺴْﺄَﻝ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻳَﻮْﻡ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔ

"Apa yang berharga dari agamamu jika sholatmu saja tidak berharga bagimu? Padahal pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat adalah tentang sholat."

Seperti apa kamu mampu memperbaiki sholatmu, seperti itulah kamu akan mampu memperbaiki hidupmu.

Tidakkah kamu tahu bahwa sholat itu bergandengan dengan kesuksesan?

"Hayya 'alas sholah hayya 'alal falaah"artinya: "Marilah melakukan sholat, marilah meraih kesuksesan."

Bagaimana mungkin kamu minta kesuksesan kepada Allah, Sedangkan kamu tidak menunaikan hak-Nya?

ﺍﺳﺘﻐﻔﺮﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ

Yaaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang mendirikan sholat tepat pada waktunya. Semoga kita selalu mendapat Ridho & Pertolongan-Nya , Aamiin.

Tips memilih permaisuri/ pangeran masa depan

Dalam suatu majelis saya pernah mendengarkan curhatan seseorang yang hendak melepas masa lajangnya, lantas dia berkata “saya sudah merasakan pahit, manis bagaimana susahnya mencari seorang pendamping hidup, direndahkan, disepelekan hingga hal-hal yang diluar dugaan saya. Setelah pencarian yang begitu panjang akhirnya Allah pertemukan juga dengan sang belahan hati”. Itu artinya cari istri tidak harus yang cakep banget, yang terkenal di medsos, yang keliatannya keren kalau dia aktif di organisasi ini itu dan sebagainya. cukup 1 aja syaratnya dan hal-hal yang disebutkan tadi akan hangus terbayar dengan kesholihahannya yang bermuara kepada cinta karena-Nya yang unconditionally (tanpa syarat).

Sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita kalau denger wasiat Rasulullah SAW tentang memilih pasangan hidup. Abu Hurairoh berkata , dari Nabi Muhammad SAW bersabda: 
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kemuliaan nasabnya (keturunan), kecantikannya, dan karena agamanya. maka nikahilah wanita yang baik agamanya niscaya kamu beruntung” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Sudah jelas kan, 4 kriteria di atas yang mana prioritas utamanya adalah dzatu ad-diini (baik agamanya) supaya pernikahanmu bahagia nan mudah, mendatangkan berkah dan menjadi wasilah untuk menggapai mardhotillah.

Kalau buat saya pribadi sih masih teringat pesan lainnya dari sang panutan kita Nabi Muhammad SAW ketika ditanyakan kepada Rasulullah tetang wanita baik. disebutkan dalam Musnad Ahmad dan Sunan An-nasa’i dari Abu Hurairoh RA berkata: 
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
“ditanyakan kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, siapakah wanita baik itu?, maka Rasullullah SAW bersabda: “Yaitu dia yang menyenangkan suami apabila dipandang, menaati suami apabila diperintah, dan tidak menyelisih suami dengan sesuatu yang tidak disukainya pada dirinya serta hartanya.”

Ditambahkan lagi oleh Ibnu Qudamah dalam karangannya Al-Mughni :
وَيَخْتَارُ الْجَمِيلَةَ؛ لِأَنَّهَا أَسْكَنُ لِنَفْسِهِ، وَأَغَضُّ لِبَصَرِهِ، وَأَكْمَلُ لِمَوَدَّتِهِ، وَلِذَلِكَ شُرِعَ النَّظَرُ قَبْلَ النِّكَاحِ
“hendaklah dia memilihi wanita yang cantik agar hatinya lebih tentram dan lebih mampu untuk menundukkan pandangannya serta menjadikan kecintaan kepadanya lebih sempurna, atas sebab itulah disyari’atkan nazhar (melihat calon istri) sebelum menikahinya”.

Tapi cantik dan ganteng itu kan subjektif dan relatif tergantung pandangan orang masing-masing, kalau gak paling tidak yaaah yang enak dibawa kondangan lah yaa :p

Pada akhirnya sih ga ada pasangan yang sempurna dan kamu ga akan nemuin pasangan itu dalam kata lain setampan nabi yusuf, sekaya nabi Sulaiman dan akhlaqnya semulia Nabi Muhammad. sama halnya ga akan kamu nemu perempuan setangguh Khadijah, secerdas Aisyah dan secantik Fatimah. cukup temukan yang sederhana dan cocok bersamamu asalkan agamanya baik, kalau kamu tetep mau cari pasangan yang sempurna maka kamu akan jomblo seumur hidupmu.
Maka kalau kamu perempuan, seandainya ada pria sholeh yang datang ke orang tuamu dan memiliki niat baik untuk menikahimu terimalah, ga mesti dia yang tampan, kaya raya, berpendidikan tinggi atau apalah. karena belum tentu nanti ada pria yang lebih baik darinya datang untuk ke dua kalinya. cukuplah dia yang sederhana yang bisa membuatkan untukmu dan anak-anakmu kelak rumah yang megah di syurga-NYA.

IBU OPTIMIS

Suatu hari di dalam sebuah obrolan ringan, saya sempat bertanya pada suami, "Ibunya Pak Habibie itu kayak gimana sih ya? Pingin deh tahu tentang apa yg sudah beliau lakukan sampai anaknya 'jadi orang' begitu?". Saya mencoba mencari buku "BJ Habibie, Mutiara Dari Timur" yg pernah saya baca 20 tahun lalu dari rak buku Papa, mencoba menemukan jawabannya, tapi tak ketemu juga buku itu.

Lama waktu berselang, sekitar setahun sejak ngobrol santai itu, suamiku mengirimkan pesan lewat Whatsapp sambil menyertakan secuplik rekaman suara. Rupanya rekaman suara Pak Habibie di acara Mata Najwa edisi Ulang Tahun Pak Habibie ke-80. "Itu jawaban yang dari dulu kamu cari-cari", katanya saat mengirimkan saya rekaman suara itu.

Benar saja, di acara Mata Najwa, Pak Habibie bercerita tentang ibunya yang sangat optimis, tegar dan hebat. Pak Habibie mengenang situasi saat ayahnya meninggal dunia, ibunya bersumpah di hadapan halayak yg hadir saat itu bahwa akan membesarkan anak-anak termasuk yg di dalam kandungan dengan tangannya sendiri, serta berjanji akan mengantarkan semua anaknya menjadi orang yg berguna bagi bangsa dan agama. Doa dan tekad seorang ibu optimis.

Pak Habibie juga bercerita tentang pengalaman pertamanya merantau. Saat usia 14 tahun, Rudy Habibie remaja diantar ke pelabuhan untuk merantau ke Jakarta. Saat menyaksikan Rudy Habibie yg menangis tak mau berpisah dengan ibunya, ibu RA Tuti Marni Puspowardojo itu bilang, "Rudy sedih? Mami lebih sedih lagi, tapi Mami harus lakukan ini demi masa depanmu". Lagi-lagi, bu Tuti rupanya bukan tipe ibu-ibu galau seperti saya, yg anak masuk sekolah pertama saja cemasnya minta ampun. Betapa dari certia Pak Habibie itu, tergambar sangat keberanian dan kebesaran hati seorang ibu optimis. Ditinggalkan suami dengan 8 anak yg masih kecil-kecil, tetapi masih bisa berpikir jernih, tegar, dan visioner. Luar biasa!

Selesai dari Mata Najwa, kehebatan ibu Tuti muncul lagi dalam beberapa scene yg saya saksikan di film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2). Bagaimana ia dengan sangat bijaksana membangkitkan semangat Rudy muda saat di titik terendah dalam perjalanan studinya dan kehidupannya di negeri seberang. "Mami yakin Rudy pasti bisa, tunjukkan kamu sebenernya", ucapan sang ibu itu hanya berbalas tangisan pilu sang anak di rantau. Pun ketika ditanya orang tentang Rudy yg akan membuat pesawat terbang, sang ibu dengan gagah dan optimis mengoreksinya "Rudy bukan mau bikin pesawat terbang, tapi INDUSTRI pesawat terbang", katanya mantap.

Sekarang, kita jadi tahu, betapa ada ibu yg luar biasa yg membesarkan seorang Habibie kecil itu menjadi orang yg besar. Doa, optimisme, dan tekad membaja dalam membesarkan anak untuk menjadi orang yg berguna bagi bangsa dan agama, kiranya terkabul sudah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin banyak menjumpai peristiwa serupa Ibu Tuti dan Rudy Habibie tadi. Tak jarang kita dengar kisah dari kawan, saudara, atau orang yg baru kita kenal sekalipun, tentang doa-doa dan harapan seorang ibu pada anaknya yg kemudian menjadi kenyataan. Bahkan kadang, tak perlu jauh-jauh, bisa jadi hal serupa terjadi pada perkataan orang tua kita sendiri.

Saya ingat, ketika dulu berada di kebingungan menjelang lulus SMA, saya bertanya pada Mama tentang kemana saya kelak akan berkuliah. Rupanya Mama dengan penuh percaya diri bilang, "Kata Mama mah teteh nanti masuk UI, jadi alumni UI, pokoknya berprestasi di UI".  Lha.. Saya cuma nyengir saja. Sebagai anak SMA di Bandung, UI tidak pernah ada dalam pikiran, cita-cita saya waktu itu kalau tidak ITB ya Unpad. Apa daya ternyata pada akhirnya saya harus akui ternyata Allah lebih ridho pada doa Mama.

Hal yg sama dialami pula oleh suami saya. Dulu, jauh hari sebelum suamiku itu lulus kuliah sarjana, Ibu yg saat itu di Melbourne menemani Bapa di tengah studi doktoral, pernah bekerja sampingan sebagai cleaner di KJRI Melbourne. Waktu itu ibu bilang, "suatu hari Aa akan duduk di sini", sambil menunjuk kursi Konjen Melbourne yg ia bersihkan. Sidqi, suamiku itu rupanya tak pernah bercita-cita jadi diplomat meski ia berkuliah di jurusan hubungan internasional. Menjadi dosen di kota adem ayem sepeti Jogja sepertinya lebih ia senangi, ketimbang menjadi Diplomat -  PNS Kementrian Luar Negeri -  dan tinggal di kota macet dan padat sepeti Jakarta dan Depok. Lagi-lagi, rupanya Allah mengabulkan doa Ibu untuknya, bukan jadi konjen Melbourne sih, tapi betul terkabul jadi diplomat. Hehe.

Saya jadi berpikir, saya punya doa apa untuk anak-anak saya? Saya punya keyakinan sebesar apa pada masa depan anak-anak saya? Seberapa besar rasa percaya diri saya akan keberhasilan anak-anak saya kelak? Ketika anak saya belum bisa baca sementara anak tetangga sudah bisa, saya galau. Ketika anak saya masih malu-malu tampil di atas panggung sementara anak lain tampil penuh percaya diri, saya cemas. Ketika anak-anak lain seusia anak saya bertubuh lebih tinggi dan besar, saya khawatir. Ketika anak saya bertingkah tak menyenangkan sementara anak lain tampak sangat manis, saya iri. Aaaaah... Dan masih banyak lagi rupanya hal lain yg saya khawatirkan. Sampai-sampai di tengah kesal, sempatnya batin terpikir, "mau jadi apa kau nanti, Nak?". astaghfirullah...

Memang, adalah manusiawi rasanya ketika kita sedih, khawatir, dan mencemaskan masa depan anak-anak kita. Akan tetapi, dari siapa lagi keyakinan itu muncul jika tidak dimulai dari kita sendiri, ibunya, bukan? Seseorang yg telah mengandungnya, melahirkannya, menyusuinya, mendidiknya, menemani hari-harinya, dan seterusnya. Jika kita saja pesimis, pada siapa lagi anak-anak berharap optimisme itu? Padahal, optimisme Ibu kiranya semacam doa tanpa penghalang pada Sang Maha Pengabul Doa. Karena itu, ditengah segala cemas takut dan ragu, tidak kah kita yg seharusnya menjadi orang pertama yg harus yakin akan kesuksesan dan keselamatan ananda untuk dunia dan akhiratnya?

Ibunda Pak Habibie, Mama, dan Ibu, mungkin hanya sedikit contoh kecil saja dari para ibu optimis itu. Optimisme dan doa dari Ibu yg seperti apa? Mungkin tak pada semua Ibu, tetapi ada pada ibu yg syurga tak hanya ada di telapak kakinya, tetapi senantiaa menjaga kebaikan dalam ucapan, perbuatan, dan teladan tingkah lakunya. Kiranya Allah ada bersamanya.

NEGERI TANPA AYAH

1| Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, maka sama anehnya dengan orang yang punya bola ngaku-ngaku jadi pemain bola

2| AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak

3| Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, maka separuh permasalahan negeri ini teratasi

4| AYAH yang tugasnya cuma ngasih uang, menyamakan dirinya dengan mesin ATM. Didatangi saat anak butuh saja

5| Akibat hilangnya fungsi tarbiyah dari AYAH, maka banyak AYAH yg tidak tahu kapan anak lelakinya pertama kali mimpi basah

6| Sementara anak dituntut sholat shubuh padahal ia dalam keadaan junub. Sholatnya tidak sah. Dimana tanggung jawab AYAH ?

7| Jika ada anak durhaka, tentu ada juga AYAH durhaka. Ini istilah dari umar bin khattab

8| AYAH durhaka bukan yg bisa dikutuk jadi batu oleh anaknya. Tetapi AYAH yg menuntut anaknya shalih dan shalihah namun tak memberikan hak anak di masa kecilnya

9| AYAH ingin didoakan masuk surga oleh anaknya, tapi tak pernah berdoa untuk anaknya

10| AYAH ingin dimuliakan oleh anaknya tapi tak mau memuliakan anaknya

11| Negeri ini hampir kehilangan AYAH. Semua pengajar anak di usia dini diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap fatherless country

12| Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini. Dimana AYAH sang pengajar utama ?

13| Dunia AYAH saat ini hanyalah Kotak. Yakni koran, televisi dan komputer. AYAH malu untuk mengasuh anak apalagi jika masih bayi

14| Banyak anak yg sudah merasa yatim sebelum waktunya sebab AYAH dirasakan tak hadir dalam kehidupannya

15| Semangat quran mengenai pengasuhan justru mengedepankan AYAH sebagai tokoh. Kita kenal Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron. Mereka adalah contoh AYAH yg peduli

16| Ibnul Qoyyim dalam kitab tuhfatul maudud berkata: Jika terjadi kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah AYAH

17| Ingatlah! Seorang anak bernasab kepada AYAHnya bukan ibu. Nasab yg merujuk pada anak menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggungjawaban kelak

18| Rasulullah yg mulia sejak kecil ditinggal mati oleh AYAHnya. Tapi nilai-nilai keAYAHan tak pernah hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya

19| Nabi Ibrahim adalah AYAH yg super sibuk. Jarang pulang. Tapi dia tetap bisa mengasuh anak meski dari jauh. Terbukti 2 anaknya menjadi nabi

20| Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena AYAH amat terlibat dalam mengasuh anak bersama ibu. Mereka digelari umat terbaik.

21| Di dalam quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan. 14 diantaranya yaitu antara AYAH dan anak. Ternyata AYAH lebih banyak disebut

22| Mari ajak AYAH untuk terlibat dalam pengasuhan baik di rumah, sekolah dan masjid

23| Harus ada sosokp AYAH yg mau jadi guru TK dan TPA. Agar anak kita belajar kisah Umar yg tegas secara benar dan tepat. Bukan ibu yg berkisah tapi AYAH

24| AYAH pengasuh harus hadir di masjid. Agar anak merasa tentram berlama-lama di dalamnya. Bukan was was atau merasa terancam dengan hardikan

25| Jadikan anak terhormat di masjid. Agar ia menjadi generasi masjid. Dan AYAH yang membantunya merasa nyaman di masjid

26| Ibu memang madrasah pertama seorang anak. Dan AYAH yang menjadi kepala sekolahnya

27| AYAH kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus mengevaluasinya. Selain juga membuat nyaman suasana sekolah yakni ibunya

28| Jika AYAH hanya mengurusi TV rusak, keran hilang, genteng bocor di dalam rumah, ini bukan AYAH 'kepala sekolah' tapi AYAH 'penjaga sekolah'

29| Ibarat burung yang punya dua sayap. Anak membutuhkan kedua-duanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan ibunya

30| Ibu mengasah kepekaan rasa, AYAH memberi makna terhadap logika. Kedua-duanya dibutuhkan oleh anak

31| Jika ibu tak ada, anak jadi kering cinta. Jika AYAH tak ada, anak tak punya kecerdasan logika

32| AYAH mengajarkan anak menjadi pemimpin yg tegas. Ibu membimbingnya menjadi pemimpin yg peduli. Tegas dan peduli itu sikap utama

33| Hak anak adalah mendapatkan pengasuh yg lengkap. AYAH terlibat, ibu apalagi

34| Mari penuhi hak anak untuk melibatkan AYAH dalam pengasuhan. Semoga negeri ini tak lagi kehilangan AYAH

Ust Bendri Jaisyurrahman (@ajobendri)

Susahnya Merawat Orangtua Ketika Usia Senja

Bagi seorang anak,  yang paling sulit adalah berbakti kepada orangtuanya. Dan yang lebih sulit lagi yaitu, merawat kedua orangtuanya yang sudah senja ketika sedang sakit. Tidak semua orang bisa dan mau. Maka beruntung sekali bagi seorang anak yang masih memiliki orangtua, dan bisa merawatnya dengan baik.

Sebuah hadis yang sangat indah dan penuh dengan makna. Rosulullah SAW pernah berkata "celaka sekali (rugi banget) bagi seseorang yang memiliki kedua orangtua yang lansia, atau salah satunya, tetapi tidak menyebabkan dirinya masuk surga" (Al-Hakim).

Sindiran keras, siapapun yang ingin mendapatkan kebahagiaan, maka berbaktilah kepada kedua orangtua.Janglah memilih pekerjaan atau profesi yang justru menjauhkan diri dari orangtua. Sesungguhnya, menatap wajah kedua orangtua dengan penuh kasih sayang, itu bernilai ibadah yang tiada tara.

Ketahuilah, orangtua itu akan mengerahkan segala kemampuannya demi membesarkan, mendidik, merawat, dan mengantarkan kesuksesan putra-putrinya. Orangtua itu sangat bangga, ketika melihat putra-putrinya berhasil.

Orang tua tidak akan pernah memperhitungkan dana yang dikeluarkan, dan tidak pernah memperhitungkan jerih payah yang dikeluarkan untuk putra-putri tercintanya. Orangtua juga tidak pernah berharap, apalagi meminta agar supaya putra-putrinya berbakti membalas kebaikanya. Itulah yang di sebut dengan Ihlas tanpa batas.

Seringkali anak di sekolahkan tinggi, setiap hari di antarkan kesekolah hingga dewasa, kemudian menjadi seorang bidan, perawat, bahkan menjadi dokter, ternyata justru tidak pernah merawat ibu kandungnya atau ayahnya sendiri. Ketika orangtua sakit, justru bernagat ke dokter atau rumah sakit sendiri.

Dan yang lebih ironis lagi, seringkali orangtua meninggal dunia, justru dirawat putra atau putrinya yang tidak pernah mengenyam sekolah keperawatan atau kedokteran. Karena sang anak  lebih sibuk dengan pekerjaan dan juga sibuk memikirkan masa depan karirnya.

Jika masih memiliki kedua orangtua, atau salah satunya. Kenapa tidak engkau tatap wajahnya setiap hari. Kenapa lebih suka menatap wajah orang lain. Jika engkau memiliki orangtua yang masih hidup, kenapa justru engkau menjauh darinya, dengan alasan pekerjaan, padahal setiap saat orangtua merindukan.

Jika belum bisa memberikan dan membahagiakan orangtua, minimal engaku tidak meresahkan, tidak merepotkan, dan tidak juga menyusahkan. Sering-seringlah datang, dan peluklah dirinya. karena suatu saat engkau akan ditinggalkan selamanya. Jika tidak bisa melihat setiap hari, maka penyesalan akan datang di kemudian hari.

Jika ingin melihat orang yang sukses, maka lihatlah orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Sejauh mana dia memulyakan dan membahagiakan kedua orangtuanya, sejauh itu pula Allah SWT membahagiakan drinya. Sebaliknya, anak yang sering jauh dari orangtuanya maka kelak anak akan menjauhi dirinya.

Antara Sedekah dan Jodoh


Kisah ini dituliskan oleh Ustadz Yusuf dalam buku Kun Fayakun 2.

Diceritakan ada seorang perempuan yang menemui ustadz untuk bertanya tentang jodoh.

“Ustadz, cari jodoh susah ya?” tanya wanita itu setelah bertemu sang ustadz.

“Makanya, jodoh jangan dicari, tapi dibeli” jawab ustadz, membuat wanita ini tertawa sekaligus keheranan.

“Beli di mana, Ustadz? Memang ada yang jualan jodoh?”

“Ada!”

“Siapa?”

“Allah, Rabbul ‘alamin,” jawab ustadz mantap, “Kata Rasul ‘Dhau’ mardhakum bish shadaqah’ belilah penyakit dengan sedekah, termasuk penyakit kesepian, yaitu jomblo.”

“Insya Allah, Ustadz. Saya akan sedekah.”

“Iya, pulang, dah. Insya Allah dapat jodoh. Insya Allah.”

Wanita ini pun pulang. Lalu, ia mampir ke masjid di kompleknya. Ia segera mendatangi takmir masjid tersebut.

“Pak, saya ingin sedekah di sini. Kira-kira masjid butuh apa yang bisa saya sedekahkan di sini?”

“Kebeneran, Neng, kami lagi melelang lantai. Satu meternya 150 ribu rupiah” jawab takmir?

Wanita ini membuka dompetnya. Awalnya, ia hanya mengambil 150 ribu rupiah. Begitu ingat pesan bahwa kalau sedekah kita harus poll, akhirnya ia bersedekah 4 kali lipatnya: 600 ribu rupiah, dapat 4 meter.

“Pak takmir, doain ya, supaya hajat saya terkabul” katanya setelah menyerahkan sedekah.

“Memang, hajatnya apa, Neng?” tanya takmir.

“Ada, rahasia” kata si Neng, merahasiakan keinginannya mendapatkan jodoh. Namun, meskipun takmir tidak tahu apa hajatnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tahu. Allah mengetahui bahwa wanita ini telah bersedekah dan sangat membutuhkan jodoh.

Tak lama kemudian, datang 4 orang melamar wanita ini, dalam waktu yang berdekatan. Subhanallah, setelah lama menanti jodoh, kini wanita ini malah dikasih Allah pilihan, memilih mana diantara 4 orang yang datang. Angka 4 persis seperti sedekahnya yang bernilai 4 meter lantai Masjid.

Subhanallah… sungguh kisah nyata ini menjadi bukti keajaiban sedekah dan jodoh.

[Kun fayakun 2,  Ust. Yusuf Mansur]

Tips Menjadi Ibu Bahagia

Suatu ketika, seorang bapak mengadukan kedurhakaan anaknya kepada Khalifah Umar bin Khathab. Terjadi dialog di antara mereka. ”Tidakkah engkau takut jika engkau durhaka kepada kedua orangtuamu?” tanya Umar. “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak mempunyai hak-hak atas ayahnya?” jawab anak itu. “Hak anak terhadap ayahnya adalah memilihkan ibu untuknya, memberi nama yang baik dan mengajarkan Kitabullah kepadanya,” jawab Umar. Anak itu berkata, ”Demi Allah, dia tidak memilihkan ibu yang baik bagiku. Ibuku tidak lain hanya ibu belian. Ia pun tidak memberi nama yang baik bagiku, bahkan ia menamaiku sebagai kumbang dan tidak mengajarkan Kitabullâh walau seayat”.

Umar menoleh ke arah ayahnya seraya berkata, “Engkau katakan bahwa anakmu durhaka kepadamu? Sesungguhnya, engkau telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Pergilah dari sini!”

Menarik sekali. Ternyata, untuk melahirkan generasi berkualitas prosesnya sudah dimulai sejak memilih calon ibu. Sesungguhnya, seorang ibu yang berkualitas akan melahirkan anak-anak berkualitas pula. Ibu adalah sekolah pertama dan utama. Dari ibu-lah seorang anak akan tahu makna kasih sayang, baik buruknya adab, halal haramnya sesuatu. Dari sosok ibu pula anak mengetahui tujuan hidupnya serta cara mencapai kesuksesan melalui pendidikan yang dijalaninya. Apabila hal ini disadari seorang lelaki, dia pasti akan memilih pendamping yang memiliki kualifikasi sebagai “sekolah”. Jika statusnya suami, berarti ada pekerjaan untuk menjadikannya istri salehah, mendidik dan membinanya agar menjadi sosok ibu teladan. Dari dialog Umar tersebut, setidaknya ada tiga kriteria untuk menjadi ibu berkualitas, yaitu salehah (baik), mampu berkomunikasi dan berilmu.

*Salehah*

Kesalehan adalah syarat pertama yang harus melekat pada diri seorang ibu. Tanpa kesalehan tidak akan ada kebahagiaan dalam rumahtangga. Seorang ibu yang baik harus memiliki cinta yang penuh, luas kesabarannya serta lembut perasaannya. Ketiga akhlak mulia ini hanya lahir dari kesalehannya. Kesalehan seorang ibu sangat diperlukan untuk meredakan “badai” kerewelan anak, saat mendampingi anak pada masa kritis, juga saat mendidik dan membimbing mereka.

*Mampu Berkomunikasi*

Seorang ibu harus mampu membangun komunikasi sehat dalam keluarga. Maka pastikan, anak-anak tidak mendengar kecuali yang baik-baik saja. Pastikan telinganya tidak mendengar caci maki, umpatan atau celaan. Ciptakan suasana kondusif yang sarat cinta dan kasih sayang. Dengan demikian, dahaga kasih sayang mereka akan terpenuhi seiring baiknya komunikasi dengan orangtua. Efeknya, mereka akan mudah mengungkapkan perasaan atau keadaan jiwanya, entah ketika sedang marah, sakit, kecewa, punya masalah atau tidak.

*Berilmu*

Seorang ibu harus menjadi partner bagi suami dalam mendidik anak-anaknya. Apalagi interaksi antara ibu dengan anak jauh lebih lama dibanding bapaknya, sehingga waktu untuk mendidik anak-anaknya jadi lebih lama. Disinilah pentingnya seorang ibu berpengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, ia dapat mentransfer ilmu kepada anak-anaknya, mengarahkan dan memenuhi akal serta jiwanya dengan ilmu dan budi pekerti.

Islam sangat menghargai peran ibu sebagai “sekolah” pertama dan utama. Karena itu, yang paling berhak atas bakti anak ada pada ibunya. Seorang sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan kebaikanku?” Nabi Saw. menjawab, ”Ibumu … ibumu … ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Dengan tiga kriteria tersebut, semoga kita mampu menjadi ibu yang berbahagia. Ibu yang mampu mengantarkan anak cucu kita menjadi generasi unggul. Selamat menjalankan peran sebagai ibu yang penuh cinta, kesabaran serta akhlak mulia.

PENYESALAN TERDALAM SEORANG SUAMI


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Penyesalan memang selalu datang terlambat pada kehidupan kita, dan penyesalan terkadang hanya memberi duka yang mendalam pada kita, disaat mengenang kembali sejarah silam yang menjadi penyebab penyesalan itu muncul, demikian yang aku alami saat ini.

Duka yang teramat mendalam itu kini masih mendera dalam lubuk hatiku yang paling dalam, saat menyadari bahwa saat ini aku tengah kembali menyendiri, setelah setahun silam orang yang sangat mengasihi aku, orang yang sangat peduli padaku telah dipanggil oleh Allah.

Aku adalah seorang lelaki yang telah membina mahligai rumah tangga bersama seorang wanita sholehah sejak tahun 2004 silam, kuakui, memang pernikahan itu terjadi karena perjodohan yang diinginkan oleh Orang tua kami masing-masing, sebab orang tuaku dan orang tua maryam (Nama istriku,samaran) adalah memiliki ikatan keluarga, meskipun ikatan itu tidak terlalu dekat, akan tetapi masa kecil mereka hingga dewasa dan menikahnya hampir selalu bersama (Ayahku dan ayahnya maryam berteman sejak kecil) sehingga kesepakatan untuk menjodohkan kami selaku anak-anaknya tak bisa dielakkan lagi.

Jujur aku sendiri awalnya tidak begitu respek dengan perjodohan itu, dan ketidak respekan itu bukan tanpa alasan, betapa tidak,
pertama usiaku dan maryam terpaut 4 tahun, saat menikah saat itu usia maryam memasuki 28 tahun sementara aku masih berusia 24 tahun.
Yang kedua maryam memiliki latar belakang pemahaman agama yang sangat kuat, sementara aku mengenal islam hanya dari kulitnya saja (Islam KTP).
Maka dari perbedaan itulah membuat aku jadi tidak respek dengan rencana perjodohan itu, sementara kudengar dari beberapa teman kampusku yang mengenal organisasi dimana maryam bernaung, katanya hampir semua bahkan mungkin semua wanita seperti maryam yang taat dalam memegang syariat islam serta menggunakan jilbab syar'i memiliki impian bisa menikah dengan lelaki yang memiliki ketaatan yang sama seperti mereka, lelaki sholeh, berjenggot dengan celana diatas mata kaki.
Dan aku sendiri yakin saat perjodohan itu direncanakan, ada sejuta protes dihati maryam menyadari bahwa lelaki seperti akulah yang dijodohkan dengannya, tetapi kondisilah yang tidak membuatnya sanggup untuk melawan keinginan orang tuanya, apalagi aku juga sangat mengenal watak orang tua maryam yang keras.

Begitulah.., tak pernah terlintas dalam benak kami berdua bahwa justru berbagai perbedaan itu menyatukan kami berdua dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci, dan setuju atau tidak, ikhlas atau tidak akhirnya tahun 2004 itulah awal kebersamaan kami menjalani biduk rumah tangga.

Usai pernikahan tersebut dilaksanakan, terasa ada banyak hal yang lain kurasakan, betapa tidak, aku lelaki yang tidak memiliki bekal pengetahuan agama lantas harus menikah dengan seorang gaids muslimah yang taat dan berjilbab lebar, banyak hal berkecamuk dalam benakku, haruskah aku hidup dalam bayang-bayang istriku dan turut ikut arus dengan kehidupannya yang kental dengan agama itu?
atau sebaliknya.. haruskah aku memaksanya untuk ikut arus dengan kehidupanku yang santai dan apa adanya?,
fikiran2 itulah mulai muncul dalam benakku diawal pernikahan kami, dan aku sendiri bingung mau dibawa kemana biduk rumah tangga kami yang dibangun dengan banyak perbedaan ini.

Jujur, sebenarnya aku melihat dan menyaksikan sendiri bahwa istriku adalah istri yang sangat baik, melayaniku sepenuh hati dalam segala hal, meskipun aku tahu mungkin tidak ada cinta dihatinya untukku, tetapi tak sedikitpun kata-kata protes keluar dari bibirnya.

Setiap hari aktifitas ibadahnyapun masih terus berlangsung tanpa sedikitpun mengusik ketenanganku, maksudku, tak sedikitpun dia mengoceh memintaku untuk sholat bila tiba waktu sholat, semuanya berlalu begitu saja. Demikian pula aku sering mendapatinya selalu eksis mendirikan sholat malam dan akupun tak pernah memprotesnya.

Waktu terus berlalu dan tanpa terasa pernikahan kami telah membuahkan hasil, dimana setahun setelahnya lahirlah bayi mungil hasil pernikahan kami, bayi laki-laki yang akhirnya kuberi nama frans meskipun ibunya cenderung memanggilnya ahmad,
lucu memang, bila bayi itu berada ditanganku, maka aku memanggil dia dengan sebutan frans, biar keren dan ikut perkembangan zaman (Cara pandangku terhadap nama-nama anak dizaman modern ini),
sementara bila sikecil mungil itu berada dalam buaian maryam, maka namanya berubah menjadi ahmad, pernah beberapa kali aku menegurnya :

‘Hei.., dizaman semodern ini koq masih pakai nama ahmad sih.. yang keren dikit dong, seperti nama yang sudah kukasi padanya “FRANS”, supaya gak malu-maluin, zaman modern koq masih pakai nama ahmad, apa kata dunia..’ itulah celotehku setiap kali mendengar istriku memanggil frans sikecil jagoanku dengan sebutan ahmad.
Tetapi tak ada sedikitpun maryam menanggapi celotehku, dan semua berlalu begitu saja.

Jujur ada satu hal yang paling membuat aku jengkel dari istriku, ditengah aktifitas kantorku yang padat, dari dulu sampai memasuki setahun pernikahan kami pasti setiap hari selasa dia selalu meminta diantarkan kerumah Gurunya (Murobbiyah), katanya tarbiyah,
dan pasti setiap hari selasa itu pertengkaran pun sering terjadi, betapa tidak, aku yang sibuk dengan pekerjaan kantor harus menerima telepon dan sms darinya meminta diantarkan kerumah gurunya itu, dan kalau telepon dan sms2nya gak dibalas pasti akan disusul dengan telepon dan sms susulan
“Abi, tolong antarkan ummi tarbiyah dong, tinggal sejam lagi tarbiyah akan dimulai”
begitu gambaran smsnya padaku menjelang waktu tarbiyahnya dimulai, dan selalu dikirimnya dengan sms susulan yang bunyinya tambah memelas penuh pengharapan, dan akhirnya membuatku mau tidak mau harus pulang kerumah dan mengantarnya ketempat tarbiyahnya,
pokoknya sejak saat itulah setiap hari selasa pasti masalah yang timbul itu2 saja, dan aku sangat jengkel sekali bila baru pulang rumah dari kantor hanya untuk mengantar dan menjemputnya lagi.
Jadinya.. sebelum mengantar dan menjemputnya pasti selalu diawali dengan pertengkaran kecil.
Aku sendiri sudah pernah memperingatkannya untuk berhenti menekuni tarbiyahnya itu, tetapi disetiap permintaan itu kulontarkan, pasti air matanya akan mengucur deras sambil berujar..

“Abi, maafkan ummi, bukannya ummi tidak mentaati perintah abi, tapi ummi mohon jangan putuskan tarbiyah ummi, sebab bila itu terjadi, pasti hati ummi akan terasa gersang karenanya, sebab dari waktu sepekan, hanya ada satu hari ummi berkumpul dengan teman-teman ummi dan membicakan kondisi ummat saat ini serta hal-hal lain yang bisa membuat ummi merasa damai dalam menjalani hidup ini”

Hmm, jujur mendengar permintaannya yang memelas itu sedikit membuatku tergugah dan sedikit penasaran,
'apa sih tarbiyah itu?,
koq istriku selalu memberi alasan bahwa hatinya akan selalu tenang dan damai kalau ikut tarbiyah, maksudnya apa sih, gak faham deh.' ujarku dalam hati.

Dan hal lain yang membuatku tidak suka adalah panggilan sayangnya padaku “Abi”, huhhgg.. apa gak ada panggilan yang lebih keren apa??, papi kek, kang mas kek, koq panggil Abi,
pernah beberapa kali saat tamuku dari kantor datang kerumah kupanggil dia dengan sebutan mami saat aku minta dibuatkan minuman, tetapi malah di jawabnya iya abi, huuhhgg jengkelnya aku saat itu, entahlah, mungkin karena sudah terbiasa jadinya dia selalu keceplosan, padahal sudah ada kesepakatan sebelumnya bahwa panggilan abi dan ummi itu kuizinkan diberlakukan saat berdua saja, selebihnya harus komitmen dengan panggilan papi dan mami, tetapi dasar dikarenakan apa, selalu saja dia lupa dengan kesepakatan itu.

Pendengar nurani yang baik,
Kuakui bahwa istriku begitu baik padaku, bahkan dimataku hampir-hampir tak ada cacat dan celahnya kebaktiannya padaku, dari sisi biologis aku selalu dipenuhi, keperluan harianku pun tak sedikitpun terlalaikan olehnya, tetapi yang membuat aku sangat jengkel aktifitas dakwahnya masih terus jalan, bahkan teman-temannya selalu datang kerumah untuk menimba ilmu darinya, kata Mutarrobbinya.

Jujur aku sebenarnya gak masalah bila ada yang datang bertamu kerumah, tetapi kalau sudah ditentukan hari yang rutin kemudian dengan jumlah tamu yang berpakaian sama dengan jumlah yang tidak sedikit, apa nantinya tanggapan para tetangga, dan hal itupun menjadikan pertengkaran kecil diantara kami.
“Mi, aku malas jadi bahan omongan orang, katanya kita memelihara aliran sesatlah, aliran yang tidak jelaslah, bisa nggak sih untuk yang satu ini mami ikuti permintaan papi, tolong, jangan bawa teman2 mami itu kerumah, apalagi mereka ngumpul hampir setiap pekan sekali.” celotehku disuatu hari.
“Astagfirullah abi, mengapa abi mempersoalkan pandangan tetangga ketimbang pandangan Allah, insya Allah dalam rutinitas tarbiyah ummi ini tidak sedikitpun kaitannya dengan aliran sesat atau apalah yang mereka tuduhkan, semua ini hanyalah pengajian biasa yang hanya memperdalam hafalan al-qur’an, hadist dan mengevaluasi diri-diri kita melalui majelis ilmu seperti ini, tidak lebih abi..demi Allah...”
“Hahh, pokoknya papi tidak setuju, apapun alasannya, kalau mami mau menghidupkan majelis-majelis ilmu seperti yang mami bilang itu, maka silahkan cari tempat lain, jangan dirumah ini.” ujarku lagi.
“Tapi abi, kalau ummi mencari tempat lain itu artinya akan menjadi 2 hari dalam sepekan ummi keluar rumah, dan itu artinya akan menyita waktu abi untuk antar-jemput ummi, bukankah abi tidak suka direpotkan?,
ummi mohon sama abi, mohon diizinkan,
semoga dengan berlalunya waktu para tetangga perlahan-lahan akan faham, dan insya Allah ummi pula akan bersilaturahim kerumah ibu-ibu tetangga untuk bersosialisasi dengan mereka tentang hal ini, insya Allah mereka faham dan akan balik mendukung majelis ini, ummi hanya memohon dukungan abi.”
“Hah, terserah mami saja deh, pokoknya papi tidak akan ikut campur bila ada para tetangga yang mengamuk gara-gara masalah ini, dan kalaupun itu terjadi, silahkan mami sendiri yang berurusan dengan mereka..!!” celotehku sambil berlalu meninggalkan istriku yang tertunduk diam, kudengar suara paraunya berujar “Insya Allah abi..”

Perjalan waktu semakin membawa pernikahan kami pada usia yang lebih dewasa, dan Alhamdulillah ditahun ke 3 pernikahan kami, lahir lagi bayi mungil kecil dari rahim istriku, bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu kuberi nama Jesica (agar lebih keren), meskipun seperti halnya frans, istriku memberi nama lain jesica dengan panggilan fatimah, aduhh kuno banget. ujarku dalam hati mendengar panggilan fatimah dari mulut istriku saat menggendong jesica.

Dan begitulah, terasa aneh memang, persatuan kami dalam sebuah ikatan pernikahan tidak lantas membuat kami bersatu dalam hal-hal yang prinsip, termasuk pada pemberian nama putra-putri kami, jadilah 2 nama sekaligus disandang oleh Putra-putri kami, Frans dan Jesica sapaan akrabku untuk kedua permata hatiku, sementara Ahmad dan Fatimah sapaan akrab ibunya untuk keduanya,
terasa aneh memang tetapi itulah yang telah terjadi dalam pernikahanku,
tidak hanya itu saja, dalam panggilan aku dan istriku pun sering ada perbedaan yang kontras diantara kami, aku terbiasa menggunakaan sapaan Papi dan Mami untuk kami berdua, sementara istriku terbiasa dengan gelar Abi dan Ummi, pokoknya aneh banget kalau di bayangkan, tetapi itu realita.

Suatu hari terjadi pertengkaran hebat antara aku dan maryam, seperti biasa masalahnya adalah mengantarnya ketempat tarbiyahnya, saking jengkelnya karena sudah kuperingati agar berhenti dari aktifitas itu, akhirnya aku tidak menggubris permintaannya, kumarahi dia dengan kemarahan yang luar biasa marahnya menanggapi permintaan itu, bahkan kepadanya kulontarkan makian tak layak dilontarkan karena saking ngototnya istriku meminta diantarkan ketempat tarbiyahnya.
“Dasar istri durhaka, ditaruh dimana ilmu yang kau pelajari hah sampai-sampai begitu kerasnya membatah keinginan suami?, atau memang kau mau cari-cari alasan ya supaya papi murka dan naik pitam?, bukankah papi sudah ingatkan kalau masalah mengantar saja yang selalu jadi soal, maka berhenti, apa susahnya sih?, tapi kalau mami mau ngotot ikut tarbiyah itu lagi, silahkan, jalan sendiri dan pulang kerumah juga sendiri, amankan?
Jujur sebenarnya papi dari dulu tidak respek dengan aktifitasmu ini, tapi karena setiap kali kau memohon dengan tetesan air mata maka papipun mengizinkannya, tapi kalau begini caranya kayaknya papi sudah tidak respek lagi deh, jadi untuk kali ini mami dengarkan papi ‘TOLONG BERHENTI IKUT TARBIYAH itu, titik..!!!” ujarku dengan kemarahan yang sudah memuncak sampai keubun, hingga akhirnya dia melontarkan kata-kata yang membuatku sedikit terdiam tak berkutik.
“Abi, andai tidak menjaga kehormatanku sebagai seorang istri yang tak pantas keluar rumah tanpa mahrom, maka mungkin ummi tidak akan pernah memelas seperti ini pada abi, dan mungkin ummi sudah keluyuran sendiri sesuka hati ummi layaknya wanita-wanita lain yang kelayapan sesuka hati mereka mesti tanpa sepengetahuan suami-suami mereka, ummi hanya ingin, agar kemurkaan Allah tidak menimpa ummi mana kala ummi harus bepergian tanpa mahrom, padahal ummi telah memiliki mahrom, apalagi kantor abi sangat dekat dengan rumah kita dan waktu tarbiyah ummipun selama ini bertepatan dengan waktu istirahat kantor abi, apa ummi salah bila ummi meminta sedikit waktunya abi untuk sekedar mengantar ummi ketempat tarbiyah.
Maafkan ummi bila sudah membuat abi marah, hukum ummi bila salah, cambuk ummi bila ummi khilaf, tapi sekali lagi semua ini ummi lakukan untuk menjaga kehormatan ummi sebagai seorang istri, terus terang ummi sering merasa cemburu dengan teman-teman tarbiyah ummi, ummi cemburu melihat kebahagiaaan mereka yang begitu datang tarbiyah diantar oleh suami-suami mereka dengan penuh cinta, dikecup keningnya sebelum mereka berpisah, dan dijemput lagi dengan penuh kesabaran meskipun suami-suami mereka jauh lebih sibuk dari abi.
Bahkan ummi sangat cemburu melihat salah seorang teman ummi yang rumahnya tidak jauh dari tempat tarbiyahnya, tetapi suaminya tak sedikitpun membiarkan istrinya keluar rumah tanpa didampinginya lalu ditinggalkanlah pekerjaannya hanya untuk mengantar istrinya ketempat tarbiyah yang sebetulnya tak jauh dari rumahnya, sekali lagi maafkan ummi abi.” jawab istriku dengan deraian air mata, mendengar semua itu hatiku sedikit tersentuh, ada semacam keharuan mengalir dari dalam hatiku, akan tetapi buru-buru perasaan itu kutepis dan berlalu meninggalkannya.
Hingga suatu hari ketika usia pernikahan kami memasuki tahun ke lima, terjadi kejadian tragis pada istriku, sebuah kejadian yang membuat mata hatiku terbuka dan menyadari kekhilafanku selama ini, yah, suatu hari istriku meminta diantarkan tarbiyah dan dengan hati yang menggerutu aku mengantarnya ketempat tarbiyahnya, tetapi sebelumnya aku sudah ingatkan dia agar setelahnya dia naik angkot sendiri untuk pulang kerumah, pada hari itu aku sebetulnya tidak sedang banyak kerjaan, bahkan saat itu aku sedang santai dirumah bersama kedua permata hatiku yang memang hari itu aku minta pada istriku untuk meninggalkan mereka dirumah bersama ibuku (nenek dari anak-anakku), hingga beberapa waktu kemudian datang sebuah sms di hpku ...

Ya, sebuah sms dari istriku yang berbunyi “Assalamu ‘alaikum, afwan abi, alhamdulillah ummi sudah selesai tarbiyah, bisa jemput ummi sekarang ??” begitulah isi sms dari istriku yang hanya kubaca saja lalu kuletakkan kembali hpku.
Beberapa menit kemudian masuk lagi sms darinya dengan bunyi “afwan abi, semua teman-teman ummi sudah dijemput suami-suaminya, tinggal ummi sendiri disini, tuan rumahnya mau keluar sekelurga (maksudnya murobbiyahnya sekeluarga), sementara waktu mau magrib, tolong jemput ummi ya..?” isi sms itu lagi, tapi lagi-lagi sms itu hanya kubaca dan kuletakkan kembali hpku di meja TV.
Beberapa kali kudengar hpku berdering dan aku berfikir bahwa itu telepon dari istriku, hingga sms terakhir darinya kembali masuk ke hpku “afwan abi, abi sakit ya, ya udah kalau gitu, ummi mohon izin naik angkot aja, doakan ummi semoga sampai dengan selamat kerumah ya, uhibbuka fillah” isi sms istriku yang ke tiga kalinya, hatiku lega saat membaca sms itu, dan itu artinya aku tak perlu lagi menjemputnya, aku sendiri berharap bahwa ini adalah awal yang baik baginya, supaya kedepannya dia bisa mandiri dan berangkat sendiri ke tempat tarbiyahnya sendiri.

Malam semakin larut namun istriku tak kunjung tiba kerumah, padahal prediksiku dua jam yang lalu seharunya dia tiba dirumah, tapi kok hingga 2 jam berlalu dia tak kunjung tiba, ada apa gerangan??, apa dia tidak tahu jalan pulang?, aduh gimana nih..? ujarku dalam cemas, beberapa kali aku hubungi nomor hpnya tapi tidak dijawab-jawab dan itu membuat aku lebih bertambah cemas, ditambah lagi dengan frans yang mulai rewel karena mungkin rindu dengan ibunya, sebab memang hari ini adalah hari pertama ibunya tarbiyah tannpa mengajak frans dan jesica, ada apa dengan maryam ya, ya Allah ada apa dengan istriku?, ujarku semakin cemas, dan entah mengapa malam itu perasaanku sedikit berbeda dari biasanya, aku merasakan seperti sangat mencintai istriku dan begitu takut kehilangannya,
bahkan aku merasa bahwa hari itu entah mengapa rasa rinduku tiba-tiba mulai menyelinap dalam bathinku, ada apa ini.

Pendengar, hingga beberapa jam kemudian hpku berdering dan Alhamdulillah ternyata nomor istriku menelpon, hatiku sangat girang saat itu, dengan buru-buru kuangkat teleponnya

“Hallo, mami dimana?, koq belum nyampe-nyampe?” tanyaku dengan nada cemas, tetapi alangkah kagetnya aku ketika kudengar bukan suaranya yang menjawab melainkan suara seorang wanita yang sangat asing ditelingaku.

“Maaf pak, hp ini milik istri bapak ya?, begini pak, tadi sore sekita 3 jam yang lalu istri bapak mengalami kecelakaan, beliau di tabrak mobil saat keluar dari mesjid dan tubuhnya menghatam tembok pagar mesjid,
sepertinya beliau lagi nunggu angkot dan singgah sebentar untuk sholat magrib dimesjid, mobil yang menabraknya sudah melarikan istri bapak kerumah sakit terdekat tetapi ditengah perjalanan karena banyaknya darah yang keluar istri bapak meninggal dunia, sekarang istri bapak di RS FULAN tepatnya dikamar jenazah, mohon bapak segera datang” jawab wanita itu terbata memberikan keterangan atas kondisi istriku, dengan sedikit gemetar seakan tak percaya tiba-tiba HP yang ada dalam genggamanku terlepas dan terjuntal kelantai.
Air mataku tiba-tiba turun dengan deras dari kelopak mataku, sedih, menyesal atas semua tindakanku selama ini padanya, dan dengan masih perasaan tak percaya aku segera bergegas menuju RS yang telah ditunjukkan padaku, bergegas aku kekamar zenajah mengikuti arahan salah seorang petugas jaga, dan Subhanallah, kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri tubuh istriku yang terbaring kaku bersimbah darah, ditubuhnya masih lengkap dengan pakaian syar’i, menurut salah seorang wanita yang berdiri tak jauh dari ranjang dimana istriku dibaringkan (Wanita yg menelpon aku dan mengabarkan istriku kecelakaan), menurutnya mereka dan tim medis sengaja tidak membuka pakaian yg dikenakan wanita itu atas permintaannya saat sekarat manakala dilarikan ke RS, ..
.. beliau meminta agar jangan sampai ada lelaki yang menyentuhnya dan membuka auratnya sampai keluarganya datang menjemputnya, wanita tersebut menuturkan dengan deraian air mata, menurutnya lagi saat sekarat tak ada sedikitpun tanda-tanda kesakitan pada wajah istriku, bahkan hingga nyawanya berpisah dari raganya.

Ya Allah, betapa mulianya hati istriku, hingga dalam keadaan sekaratpun dia masih meminta agar kehormatannya tetap dijaga, perlahan bayangan masa lalu kami kembali terpampang dalam benakku, betapa istriku takut bepergian sendiri tanpa ada mahrom, bahwa betapa kuatnya dia menjaga kehormatannya sebagai seorang muslimah, tetapi aku telah lalai dari menjaganya, ya Allah ampuni aku..., ampuni aku..., terlalu banyak dosa yang telah kuperbuat selama hidupku.

Hingga saat ini kesedihan itu masih terus menggerogoti perasaanku, meskipun sebuah kesyukuran sendiri buatku sebab setelahnya Hidayah itu menyapaku.
Tetapi sungguh, hanya Allah yang tahu isi hati ini, bahwa hingga hari ini aku belum bisa melupakannya dan memaafkan diriku sendiri, apalagi mengingat betapa mulianya hati istriku, jujur selama pernikahan kami, tak pernah satupun dia kuberikan uang gajiku, bahkan dia tidak tahu berapa penghasilanku setiap bulannya, ..
.. subhanallah, begitu sabarnya dia padaku, dan yang lebih membuatku sangat bersedih lagi adalah tak pernah satu kalipun selama pernikahan kami aku membelikannya pakaian yang syar’i, seingatku pakaian muslimah syar’i yang dipakainya selama menikah denganku adalah pakaian yang memang telah dimilikinya sebelum menikah denganku dan lagi-lagi dia tidak pernah mengeluh padaku, kudapati pula jubah yang dipakainya saat kecelakaan itu telah sobek dibagian punggungnya, dan dari sobekan itu sudah ada jahitan2 sebelumnya yang telah lapuk, andai saja dia tidak memakai jilbab besar, mungkin sobekan itu akan terlihat jelas.
Dan hal lain yang membuat aku semakin pilu adalah dokter memberikan keterangan bahwa ada janin yang diperkirakan berusia 6 pekan dalam kandungan istriku, Yaa Allah ampuni aku... ampuni aku Ya Allah.. kasihan istriku.. betapa sabarnya dia menghadapiku selama ini.

Pendengar Nurani yang baik,
Alhamdulillah saat ini aku telah aktif tarbiyah, andai istriku masih ada, pasti dia akan bahagia melihat aku saat ini yang Alhamdulillah telah tersentuh oleh hidayah-Nya, tetapi sayang dia telah tiada, yang tersisa hanyalah kenangannya dan juga Ahmad dan Fatimah.

Duhai mujahidahku tersayang, maafkan abi yang telah melalaikanmu..

Abi tahu berlarut-larut dalam kesedihan ini tak baik, tetapi kesedihan ini entah mengapa tak pernah lekang dari perasaan abi..
Abi janji pada ummi, akan menjaga Ahmad dan Fatimah, mujahid dan mujahidah kita tercinta...,
Insya Allah mereka akan tumbuh dengan akhlak seperti umminya atau mungkin lebih dari abi dan umminya..
Selamat jalan wahai mujahidahku tersayang semoga Allah menerima semua amal ibadahmu dan menempatkanmu dijannahbn-Nya yang tertinggi... Aamiin...
����