Jumat, 24 April 2015

ANTARA NADZAR DAN PERBUATAN SETAN


Ketika melaksanakan tawaf, Rasulullah SAW melihat seseorang yang mengikatkan tangannya dengan tangan orang lain. Dua orang ini berjalan depan-belakang, yang di depan berfungsi sebagai penuntun. Maka tangan beliau memotong ikatan dua orang ini, seraya bersabda : “lepaskan!” Orang yang menuntun menjawab : “wahai Rasul, ini nadzar. Kami telah bernadzar untuk selalu bersama-sama sampai kami tiba di Kakbah”. Perilaku seperti ini adalah tradisi jahiliyah dalam manasik haji. Maka Rasulullah SAW bersabda;

Lepaskan diri anda (berdua) dan berhajilah (dengan manasik secara individu), cara yang anda peragakan ini bukan nadzar. Sesungguhnya nadzar (yang benar) hanya amalan yang ditujukan untuk Allah, sedang ini (cara anda) adalah perbuatan setan”. Sahih al-Bukhari

Kesempatan tawaf ini digunakan secara efektif oleh Rasulullah untuk membersihkan manasik haji dari unsur-unsur jahiliyah. Pembersihan itu sudah dimulai sejak Mekkah ditakhlukkan (tahun 8 H) dan ketika Abu Bakar melaksanakan haji (tahun 9 H). Tetapi karena pola manasik haji jahiliyah sudah mengakar, maka pembersihannya harus dilakukan secara konsisten dan tegas.

Referensi: Dr. H. Imam Ghazali Said, MA., Praktik Manasik Haji & Umrah Rasulullah SAW, 2012, Diantama: Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar