1. Bismillaah
Ustadz afwan, apakah setiap permasalahan atau sesuatu yg lain itu harus dikomunikasikan?
Maksudnya, apakah diam bukan salah satu jalan keluar? Karena ditakutkan, jika dikomunikasikan akan menyakiti atau menambah konflik. Syukran
Jawaban :
Pengalaman kami dalam menangani kasus2 perceraian maupun konflik rumah tangga berawal dari komunikasi yang tidak sehat. Permasalahan kecil yang didiamkan, dipendam & tidak dikomunikasikan lama-lama akan membesar dan meledak. Sehingga ketika terjadi konflik justru akan mengungkit permasalahan yang selama ini dipendam. Ada baiknya memang setiap permasalahan di komunikasikan dengan tetap melihat maslahat & mudharatnya. Kalaupun ada keyakinan yang kuat bahwa permasalahan tersebut bisa selesai dengan "didiamkan" maka langkah tersebut bisa diambil.
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya, semoga bermanfaat.
2. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Perkenalkan saya Kimi dari Yogyakarta. Sungguh menarik apa yg telah disampaikan. Namun masih terdapat beberapa tanya yg terbesit dalam benak saya terkait management konflik.
Pernah saya mengamati sebuah keluarga di mana karena bertambahnya usia suami mengakibatkan suami kurang bisa nyambung dalam berkomunikasi. Setiap istri cerita tentang permasalahannya, tanggapan suami sering sekali menunjukkan kesalahan pemahaman terhadap masalah yg sedang istri hadapi. Berulang kali istri harus mengulangi ceritanya, tapi sering kali suami masih salah dlm memahami sehingga seolah ceritanya ke utara, tanggapannya ke selatan. Hal tersebut lama-lama sering menimbulkan konflik. Sedangkan pihak suami yg salah menanggapi ini, malah jadi keras kepala dan merasa dirinya telah paham dan benar. Hal ini tentu membuat istri menjadi dilematis, ketika dia tidak bercerita dianggap tertutup terhadap suami atau istri merasa segala beban harus ditanggungnya sendiri. Namun jika bercerita, bukannya mendapatkan solusi malah menambah masalah dan konflik.
Menurut Akh Miftah, bagaimana aplikasi management konflik tersebut terhadap perkara ini ? Bagaimana meminimalisir hal ini terjadi saat penengah tidah selalu ada di sisi mereka, sedangkan perkara ini sering terjadi dengan topik masalah yg berbeda-beda dan mereka sangat sibuk sehingga tidak memungkinkan untuk sering datang ke psikolog atau konselor, apalagi jika terkadang sumber masalahnya kecil dan tidak layak untuk terlalu sering dibawa keluar bersama pihak ketiga sebagai penengah ?
Syukron katsiran...
Jawaban :
Waalaikummussalaam wa rahmatullah wabarakaatuh
Dalam kasus ini sebenarnya permasalahan utamanya adalah "bahasa komunikasi". Mungkin komunikasi sudah berjalan baik, tapi justru malah menambah masalah karena tidak nyambung, dari sini bisa kita simpulkan sebenarnya masalahnya adalah bagaimana seorang istri bisa mengemas komunikasi dengan baik agar suami bisa memahami, maka idealnya dalam masa-masa taaruf dan pernikahan dalam tahun pertama seorang istri maupun suami harus betul-betul memahami bahasa komunikasi dengan pasangannya sehingga tidak terjadi salah sambung. Kami mengamati beberapa pasangan yang tingkat pendidikannya berbeda akan tetapi karena masing-masing pasangan bisa membahasakan permasalahan dengan bahasa yang baik maka keluarga tersebut harmonis. Jadi kuncinya adalah difahami pasangan, olah dengan baik bahasa komunikasi & cari waktu yang tepat.
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya. Semoga bermanfaat.
3. Memilih kata2 yg paling tepat agar tidak misleading itu satu persoalan sendiri.
Belum masalahnya. Bagaimanakah cara menghindari prejudice atau prasangka awal agar komunikasi bisa lancar?
Jawaban :
Pertama, gunakan bahasa yang tidak mengandung multi tafsir.
Kedua, sebaiknya menggunakan bahasa aktif daripada pasif
Ketiga, gunakan bahasa halus, tidak menggurui & menggunakan bahasa meminta saran / pendapat. Jazaakillah khairan atas pertanyaan ukhti mahanani.
4. Assalamu'alaikum.. Wr.wb
Saya Eva dari Jakarta..Ustadz, saya punya saudara wanita. Suaminya itu pola pikirnya masih kurang dewasa pdhk usianya sudah 5o tahunan, dan sifatnya juga tempramental.. Nah bagaimana cara istri mengkomunukasikan hal tsb kepada suaminya agar suaminya bisa berubah? Karena sifat ayah yg kurang dewasa n tempramental juga tidak baik utk perkembangan mental anak. Jazaakallah ustadz
Jawaban :
Waalaikummussalaam wa rahmatullah wabarakaatuh.
Sifat kekanak-kanakan yang dimiliki suami meskipun sudah berumur perlu kita sikapi dengan dewasa. Jangan sampai kita memperlakukan nya seperti anak kecil. Perlu diingat bahwa sebenarnya kita semua ini adalah "anak besar", artinya terkadang sifat kekanak-kanakan itu masih melekat tergantung orangtua dalam mendidik & lingkungan yang membentuk. Yang jelas, menghadapi suami yang kekanak-kanakan kita harus "mengalah" untuk bisa bersikap dewasa, diperlukan kesabaran ekstra dalam menghadapinya. Justru disinilah peran besar istri dalam "merubah" sifat suami. Merubah karakter atau sifat memerlukan proses yang lama & butuh pengorbanan yang lebih. Ada baiknya kita belajar juga psikologi mengahadapi kasus seperti ini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan, InsyaAllah :
- Memperlakukan Suami sebagai Orang Dewasa yang Bertanggung Jawab
Pemberitahuan atau perintah yang mengharuskan seseorang untuk merubah perilakunya seringkali menimbulkan suatu reaksi pertahanan dari orang yang diperintah. Orang yang berperilaku kekanak-kanakan, apabila diperintah atau diingatkan supaya ia mau merubah perilakunya menjadi lebih matang, seringkali menyebabkan ia merasa terpukul dengan peringatan itu. Ia merasa diremehkan diberi peringatan seperti itu, sehingga ia melakukan pertahanan untuk melindungi diri. Dalam kaitan inilah seringkali orang yang diberi peringatan secara langsung menunjukkan perilaku menentang yang bisa diwujudkan dalam bentuk jawaban-jawaban: ''Biarkan saya berperilaku begini, karena inilah gaya saya''. Apabila ia terus diingatkan atau ''diperintah'' untuk merubah perilakunya maka ia akan makin tertantang untuk mempertahankan sikap yang sudah ia pegang, sehingga perubahan perilaku menuju kematangan diri akan lebih sulit dapat diwujudkan. Menghadapi suami yang bertahan dengan gaya anak-anaknya, maka sangat penting melakukan pendekatan secara tidak langsung, dengan memperlakukan dia sebagai orang dewasa. Dalam hal ini kata-kata yang langsung memerintah dia usahakan dihindari, diganti dengan perlakuan yang memposisikan dia sebagai orang dewasa. Apabila dulu berupa peringatan supaya ia mau berpenampilan dewasa, maka sekarang bisa dalam bentuk memposisikan dia sebagai orang dewasa, sebagai ayah dan sebagai kepala keluarga. Perlakuan ini bisa ditunjukkan dalam berbagai kesempatan, pada waktu ada tamu yang datang berkunjung misalnya, perlihatkanlah sikap membanggakan suami. Pada waktu berbincang-bincang dengan tamu hindarilah kata-kata yang meremehkan suami, sehingga tamu mempunyai kesan bahwa suami adalah figur yang dihormati dan disegani di rumah ini. Dengan perlakuan-perlakuan seperti itu, lama-kelamaan suami akan berubah menilai dirinya, ia akan mulai menilai dirinya sebagai figur dewasa yang dihormati oleh anggota keluarga. Perubahan penilaian diri ini selanjutnya akan menggiring perubahan perilaku, apabila semula ia merasa biasa-biasa saja berperilaku seperti anak-anak atau remaja. Dengan perubahan konsep diri ini maka ia merasa tidak pantas lagi berperilaku seperti itu. Lebih-lebih lagi di hadapan tamu, maka dia akan menyesuaikan perilaku yang dia tampilkan dengan harapan lingkungan.
- Tidak Ikut-ikutan Memojokkan Suami
Adakalanya orangtua atau orang-orang di sekitar rumah meremehkan perilaku suami dengan menyebutkan bahwa suami masih kekanak-kanakan. Dalam hal ini janganlah ikut-ikutan terpengaruh dengan penilaian itu dan memojokkan suami dengan menyebutnya sebagai orang yang tidak matang. Belalah suami dengan menyebutkan bahwa suami dalam proses menuju kematangan diri.
- Menjaga Jalinan Komunikasi
Sejalan dengan perlakuan positif terhadap suami maka jalinan komunikasi yang terbuka dengan suami juga tetap dijaga sehingga terbiasa mendiskusikan berbagai permasalahan dengan suami, dan komunikasi dua arah pun akan berkembang. Apabila suami menyampaikan keluhannya tentang perilaku istri, maka istri pun diharapkan mau terbuka menanggapi dan mau menilai informasi itu dengan akal sehat, bukan dengan emosional. Begitu juga sebaliknya suamipun diharapkan berjiwa besar mau mengembangkan komunikasi dua arah, sehingga berbagai ''ganjalan'' dalam hati bisa dicarikan jalan keluarnya sedini mungkin. Dengan berkembangnya komunikasi dua arah maka masing-masing pihak akan mampu mengarahkan perilakunya menuju kematangan atau kedewasaan.
Allahu a'lam.
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya.
5. Assalamm..wr.wb. sya mw bertanya. Bgmna cara mengatasi sikap suami yg terlalu berlebihan perhayian kpda keluarganya.dlm hal ini ada kecembutuan sosial dgn keluarga suami sndri. Apalgi suami lebih memntingkan adik laki2nya drpda istrinya sndri. Sudh dikominukasikan tpi ttp sja istrilah yg slalu salah. Mohon solusinya
Jawaban :
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh. Dalam kasus ini, suami belum faham kewajibannya sebagai seorang suami. Maka solusinya adalah ada kalanya ajaklah suami mendatangi pengajian masalah keluarga atau bisa juga di downloadkan kajian masalah kewajiban suami di internet kemudian didengarkan bersama. Yang jelas, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat keshalihan dan ilmu agama yang dimiliki oleh suami.
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya.
6. Ustadz. Klo seorang istri pendiam dlm bermasyarakat. Tp klo di rumah sering bentak $uami? Bgmn sikap yg harus dilakukan suami?
$yukran.
Jawaban :
Kalau kita ingin meneladani salah satu sahabat Nabi yang di jamin masuk surga yaitu Umar bin Khattab maka yang kita lakukan adalah diam. Diam bukan berarti kita mengacuhkan istri, akan tetapi harapan kita, dengan diam akan meredam & bentakan istri. Karena kalau api dilawan dengan api maka akan membesar. Pilihan kita adalah diam & bertutur kata dengan baik, semoga hatinya tersentuh & kita doakan istri agar melunak hatinya.
Seorang isteri yang pemarah dan sering beperilaku kasar kepada suami apalagi disertai pukulan dan caci maki memang perbuatan yang sangat tidak terpuji. Dari sisi hukum Islam: haram dan berdosa. Dari sisi etika: merendahkan martabat dirinya, orangtuanya dan suaminya.
Dari sisi psikologi: tindakan isteri tersebut membuktikan ketidakmampuannya mengendalikan jiwanya dan sekaligus menekan jiwa suami sekaligus menjatuhkan harga diri suami sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga. sedangkan dari sisi sosial: merusak keharmonisan hubungan suami isteri.
Menghadapi isteri yang pemarah, harus banyak bersabar dan lebih banyak mengalah. Meskipun menurut suami, sudah berusaha menasehati isteri namun justru membuat kemarahannya akan meledak kembali.
Sehingga suami berusaha untuk tidak membuatnya marah dan memilih untuk bersikap pasrah menghadapi sikap kasar isteri. Namun bagaimanapun juga kami mengerti bila suami mulai tidak tahan menghadapi sikap isteri yang demikian.
Memang menghadapi kekerasan dan sikap kasar isteri, yang terbaik adalah berusaha bersikap tenang dan tidak terpancing. Karena persoalan akan semakin runyam apabila suami membalasnya dengan kekerasan pula.
Dalam permasalahan ini, sebaiknya juga diingat sikap isteri yang demikian kasar pada suami pastilah ada penyebab yang melatarbelakanginya. Karena pastilah, tidak ada satupun perlakuan tertentu selain selalu ada hubungan sebab-akibat. Karena itu tidak ada salahnya suami melakukan introspeksi diri, siapa tahu sikap kasarnya merupakan akibat dari sesuatu hal yang mungkin pernah suami lakukan diluar kesadaran.
Sudah menjadi tugas laki-laki sebagai suami untuk membimbing dan mendidik isteri yang menjadi amanah dan tanggung jawabnya. Lakukan lah dengan rasa cinta dan keinginan mulia untuk membangun keluarga yang tenang dan penuh kasih sayang dengan istri tercinta.
Untuk menasehati isteri, sebaiknya dilakukan saat kondisi emosi isteri tenang. Perhatikan juga waktu yang tepat. Jangan langsung membahas sikap kasarnya, sebaiknya terlebih dahulu mengajak isteri untuk saling introspeksi diri.
Saling mengingatkan tujuan dan komitmen awal pernikahan. Bila komunikasi dengan isteri, tidak menemui titik temu, sebaiknya suami menyertakan orang ketiga yang dihormati isteri, (misalnya orangtuanya atau ustadzah) untuk turut menasehatinya.
Ketegasan suami juga diperlukan untuk menjaga wibawa laki-laki sebagai seorang suami dimata isteri. Hal ini mutlak diperlukan guna menegakkan fungsi qowwam (pemimpin, pengayom) dalam rumah tangga. Supaya isteri tidak dapat bertindak semena-mena tehadap suami.
Namun ketegasan di sini janganlah disalah artikan sebagai bertindak keras apalagi kasar. Ketegasan di sini adalah sikap yang tegas memberi sangsi dari yang paling ringan (memisahkan tidurnya) sampai paling berat (dan akhirnya menjatuhkan talak), apabila sikap isteri masih belum menunjukan perubahan.
Allahu a'lam....
Jazaakallahu khairan atas pertanyaannya.
-------
- Tanya Jawab Kuliah Keluarga Sakinah kelas Jum'at pagi -
1. Assalamu'alaykum
Mau bertanya
Bagaimana hukumnya jika seorang suami memperlakukan istrinya dgn perlakuan yg tdk baik dg dalih suami bahwa istrinya tidak mau menuruti perintah suami malah menuruti orang tua istri. Sehingga rmh tangga terjadi perselisihan. Padahal apa yg disampaikan org tua istri utk kebaikan mereka, tapi suaminya bersikeras klo istrinya tdk mau nurut kepadanya.apa yg harus dilakukan istri ketika memiliki suami yg ego dan keras kepala. Apakah itu watak yg bisa diubah.
Jazakillah
Jawaban :
Suami, dalam syariat Islam, diperbolehkan “memukul” istrinya. Namun pembolehan itu memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku. Seorang suami boleh memukul istrinya saat istrinya tidak taat, membangkang, dan durhaka. Tapi, sebelum memukul, ada syariat yang mengatur tahapan pendidikan untuk istri ini. Yaitu, pertama menasehati mereka (istri yang membangkang tadi) terlebih dahulu. Jika masih saja membangkang, maka pisahkan dia dari ranjang. Jika masih juga membangkang, maka barulah boleh memukul dengan pukulan yang mendidik. Pukulan yang mendidik ini adalah pukulan ringan yang tidak membuat seorang wanita berlama-lama menyimpan dendam pada suaminya. Jadi, jangan dibayangkan bahwa memukul itu boleh sampai istri babak belur, berdarah-darah, dsb.
Dalilnya,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّـهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّـهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗإِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An-Nisaa’ 34)
--------
1. Assalamu'alaykum
Mau bertanya
Bagaimana hukumnya jika seorang suami memperlakukan istrinya dgn perlakuan yg tdk baik dg dalih suami bahwa istrinya tidak mau menuruti perintah suami malah menuruti orang tua istri. Sehingga rmh tangga terjadi perselisihan. Padahal apa yg disampaikan org tua istri utk kebaikan mereka, tapi suaminya bersikeras klo istrinya tdk mau nurut kepadanya.apa yg harus dilakukan istri ketika memiliki suami yg ego dan keras kepala. Apakah itu watak yg bisa diubah.
Jazakillah
Jawaban :
Suami, dalam syariat Islam, diperbolehkan “memukul” istrinya. Namun pembolehan itu memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku. Seorang suami boleh memukul istrinya saat istrinya tidak taat, membangkang, dan durhaka. Tapi, sebelum memukul, ada syariat yang mengatur tahapan pendidikan untuk istri ini. Yaitu, pertama menasehati mereka (istri yang membangkang tadi) terlebih dahulu. Jika masih saja membangkang, maka pisahkan dia dari ranjang. Jika masih juga membangkang, maka barulah boleh memukul dengan pukulan yang mendidik. Pukulan yang mendidik ini adalah pukulan ringan yang tidak membuat seorang wanita berlama-lama menyimpan dendam pada suaminya. Jadi, jangan dibayangkan bahwa memukul itu boleh sampai istri babak belur, berdarah-darah, dsb.
Dalilnya,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّـهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّـهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗإِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An-Nisaa’ 34)
---------
Assalamu'alaykum... Sya dari surabaya...
Bagaimana jika budaya dlm keluarga adalah suami dominan terhadap istri. Dan karakter istri adalah penurut (meski kadang tdk sesuai dg hati nuraniny)...Maksud suami mgkin benar yaitu sbg qawwam...
Namun lama kelamaan istri jd tdk punya 'jati diri' dan tdk bs ambil kputusan....
1.. Mnurut Islam bagaimana?
2... Utk qt yg blm jd istri, bagaimana bersikap di tengah2 yaitu mjadi makmum tp jg punya 'jati diri'...?
Syukron katsir
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh
1. Selama suami memerintahkan dalam kebenaran dan ketaatan kepada Allah maka istri wajib taat pada suami
2. Ketika sudah berumah tangga maka suami istri saling melengkapi, kalau masing-masing ingin menunjukkan jatidirinya maka yg terjadi adalah ketidak harmonisan karena dalam sebuah rumah tangga suami istri harus bisa saling menerima dan memahami
Allahu a'lam
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya
------
Assalamualaikum warahmatullahi,, saya dari Bogor, bagaimana menyikapi keadaan di pihak ketiga misal saya di posisi ketiga sbg anak,, si suami ini bertempramen keras dan si istri sedikit keras kepala. Keduanya sering mengaitkan masa lalu jika punya pendapat berbeda, sama2 egois, dan sedikit banyak mempengaruhi cara pandang anak2nya. Saya mau bertanya, bagaimana cara menyikapi di posisi ketiga ini? Si suami ini berperan menjadi Ayah yang pas di beberapa waktu sedang si istri ini menjalankan perannya dg baik. Cara mengarahkan untuk kembali ke niat menjadi keluarga samara ini bagaimana? Lalu bagaimana caranya agar2 anak2 tidak punya pandangan negatif .. afwan jika sedikit melenceng dr topik pembahasan. Syukron katsir .
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh
Sebagai anak kewajiban utama adalah menasehati orang tua sesuai dengan kemampuannya. Pilih waktu yang tepat untuk mengutarakan hal tersebut. Suasana keakraban perlu dibangun agar keluarga tersebut ada saling keterbukaan. InsyaAllah ketika suasana keakraban terbangun maka ego masing-masing bisa terkikis.
Bagaimana cara agar anak-anak tidak punya pandangan negatif? Hal paling penting yang harus dilakukan adalah memberikan wawasan kepada anak tersebut tentang konsep keluarga yang syar'i dan bersikap dewasa dalam menghadapi permasalahan.
Allahu a'lam
Jazaakillah khairan atas pertanyaannya
----------
Assalamu'alaikum... saya dari Babel.. mau nanya ummi... gini umi,,, seorang istri bertemu dengan pria lain diluar rumah tanpa didampingi suami, namun si istri ditemanin oleh beberapa teman wanita nya. Nah itu bagaimana ummi hukumnya?
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh
Selama dalam hal muamalah syar'iyyah dan di tempat umum yang tidak menimbulkan fitnah, maka diperbolehkan.
Allahu a'lam
----------
Assalamu'alaikum saya dari temanggung... Mau tanya bagaimana mendewasakan diri untuk menjadi istri yang mandiri padahal dulu ketika di rumah si istri biasa di manja oleh orang tua dalam artian kurang di percaya untuk melakukan suatu hal conth: memasak. Jadi efeknya sekarang si istri sering minder pada suami dan kadang" jadi manja slalu minta bantuan suami dalam melakukan tugas sehari hari. Jazakumulloh.
Jawaban :
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh, tips paling jitu untuk mendewasakan diri sebagai seorang istri adalah minta bantuan suami untuk membantu mendewasakan diri & jangan terlalu tergantung dengan suami.
-------
Tpi umi klo misalnya tanpa spengetahuan suami/tanpa izin suami bagaimana umi?
Jawaban :
Istri wajib memberitahukan kepada suami untuk menghindari fitnah
------
[19:57 15/09/2015] Kip_ Admin: :::MENGUBAH SUDUT PANDANG:::
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah ditanganinya sendiri.
Suami serta anak-anaknya menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada 1 masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak & marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi & menyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan".
Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil menutup mata, senyum ibu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan;
"Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda & tawa ceria mereka.
Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung hilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas bayangkan apa yang tengah terjadi pada suami & anak-anaknya.
"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu & kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih jadi kekhawatiran buat ibu?"
Ibu itu tersenyum & gelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang ilhami Richard Binder & John Adler ciptakan NLP (Neurolinguistic Programming).
Dan teknik yang dipakainya disebut "REFRAMING", yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Semoga bermanfaat.
Baarakallahu fiikum.
#Saling menasehati & mengingatkan
Distributed :
Kuliah Keluarga Sakinah
- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -
WA : 085292004056
www.menikah-islami.blogspot.com
[20:04 16/09/2015] Kip_ Admin: - Tanya Jawab Masalah Rumah Tangga -
:::Istri Mau Shalat Tapi Tidak Mau Memakai Jilbab:::
Seorang laki-laki menikahi wanita muslimah yang bertabarruj ( memperlihatkan kecantikannya kepada selain mahram). Ia sudah menasehatinya untuk berkomitmen menjalankan syariat-syariat Allah, khususnya dalam masalah hijab. Ia pun mulai berkomitmen dengan sebagian perintah-perintah syariat, tapi tetap tidak mau berhijab. Lantas, bagaimanakahseharusnya sikap laki-laki tersebut terhadap istrinya?
Jawaban :
Ia wajib memerintahkan istrinya memakai jilbab, karena hukumnya wajib. Ia juga wajib menasehatinya sampai berhasil.
Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Selama ia bertakwa kepada Allah dan bersabar dalam memimpin, niscaya Allah akan memudahkan urusannya serta memberkahi seluruh amalannya, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (Ath-Thalaq : 4)
(Komite tetap untuk Fatwa Arab Saudi)
-------
Tanya Jawab Group Kuliah Keluarga Sakinah kelas Jum'at Pagi
- Assalamualaikum umi tri, saya bersyukur sekali denger kajian dr umi... Luar biasa memotifasi saya pribadi untuk "action"
Saya mau tanya um, jika saya mau memulai usaha, tapi saya sebisa mungkin tidak mau meminta dr org tua / meminjam dr bank karna takut akan riba nya.. Jadi kemanakah saya harus meminjam modal um?
Jawaban :
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh, Alhamdulillah ukhti sudah punya keberanian untuk action. Langkah awal yang harus dibuat adalah konsep bisnis yang mau dijalankan. Dari jenisnya, operasionalnya, langkah konkritnya dan yang terpenting adalah prospek kedepan bagaimana. Baru kemudian melangkah berbicara modal. Sebenarnya modal bukanlah masalah ketika konsep bisnis jelas, kita bisa cari pemodal dari teman kita sendiri, konsepnya patungan. Atau bisa juga orang kaya yang kita kenal, konsepnya bagi hasil.
Allahu A'lam
- Assalamualaikum umi tri, mau nanya usaha apa yang tidak gampang kena dampak krisis ekonomi ?
Jawaban :
Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh
Hampir semua usaha akan berkenan imbas dari krisis ekonomi, tapi ada jenis usaha yang tidak terlalu terpengaruh krisis ekonomi yaitu bidang jasa, misalnya les privat, konsultan dll.
Allahu A'lam
Assalamualaikum
BalasHapusustadz mau bertanya.
Bagaimana sikap kita. Atau apa yang hadus kita lakukan. Saya sebagai istri.pernikahan saya tidak disetujui oleh ibu saya sendiri. Tapi keluarga yang lain setuju. Bagaimana saya harus memilih antara suami atau ibu saya. Bagaimana solusinya saya ustdz
Assalamualaikum
BalasHapusUstadz,saya mau tanya nih.
Jadi ,saya dan suamikan merantaudiluar provinsi sumut.tp mertua suami dan ipar sudah ikut pindah bareng kami brp tahun ini.sementara mama saya tinggal disumut hanya berdua dengan adik bungsu saya yg masih SMU.saya 3bersaudara,adik saya satu lg dipalembang.nah,saya mulai berat mepmpertimbangkan,suami bertahan tetap tinggal dirantau,alasannya krn usaha dan ortunya.smntr saya jugakan masi punya mama,yg kian hari tambah usia.suka kepikiran kalau sakit siapa yg rawat..
Saya harus gmn ustadz ???
Sbelumnya saya ucapkan terimakasih.assalamualaikum wrn.wb