Kamis, 31 Agustus 2017

Kegemukan Mempengaruhi Kesuburan

T: Kami sudah menikah 3 tahun namun belum dikarunia anak. Kami sama-sama bertubuh gemuk, adakah kaitannya dengan kesuburan?
J: Kegemukan berpengaruh pada kesuburan wanita maupun pria. Pada wanita, kegemukan berpengaruh terhadap gangguan metabolisme hormon, yang ada kaitannya dengan siklus haid. Sedangkan pada pria, kegemukan ada pengaruhnya terhadap temperatur skrotum, yang akan memengaruhi kuantitas dan kualitas sperma. Untuk itu, Jika Anda berencana memiliki keturunan, sebaiknya Anda berdua menurunkan berat badan lebih dulu.

Resusitasi Neonatus

Prosedur resusitasi bayi baru lahir merupakan bagian dari asuhan Kala Dua untuk penolong tunggal
persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan risiko tinggi Asfiksia.
Langkah-langkah dan kegiatan dalam melakukan tindakan prosedur resusitasi bayi baru lahir :
Persiapan
Langkah 1
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/ steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering
3. Alat pengisap lendir
4. Alat penghantar udara/ oksigen
5. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm
6. Jam
7. Stetoskop
Penilaian bayi baru lahir dan segera setelah lahir
Langkah 2
1. Sebelum lahir:
2. Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)
Sambil menempatkan bayi diatas perut atau dekat perineum ibu, lakukan penilaian (selintas):
Keputusan untuk melakukan resusitasi
Langkah 3
Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sebagai berikut:
1. Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas – Potong tali pusat, kemudian lakukan langkah awal resusitasi
2. Jika air ketuban bercampur mekonium:
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilaian, apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap.Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan pengisapan terlebih dahulu dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian dilakukan langkah awal resusitasi.
Tindakan resusitasi
Langkah awal
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta mereka ikut membantu mengawasi ibu.
Langkah 4
Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap terbuka.
Langkah 5
Pindahkan bayi ke tempat resusitasi
Langkah 6
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapkan dengan ketebalan sekitar 3 cm dan dapat disesuaikan).
Langkah 7
Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam <5 cm dan kemudian hidung (jangan melewati cuping hidung).
Langkah 8
Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/ dada/ perut/ punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering, Bagian wajah dan dada terbuka.
Langkah 9
Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas.
Perhatikan, Langkah 4 s.d. 9 dilakukan dalam waktu <30 detik.
Langkah 10
Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:
• Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, lakukan asuhan pasca resusitasi
• Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-megap, lakukan ventilasi.
Ventilasi
Langkah 11
Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun dengan balon dan sungkup.
Jika menggunakan tabung dan sungkup:
1. Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut-tabung-sungkup
2. Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk menghirup udara segar dan baru memasukkannya kembali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak melepaskan mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napas dari hidung dan langsung meniupkan udara, maka yang masuk adalah udara ekspirasi dari paru penolong)
3. Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi dengan meremas balon.
Langkah 12
Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai pengembangan dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan balon.
Langkah 13
Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan wajah bayi).
Ventilasi Percobaan
Langkah 14
Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air mengalirkan udara ke jalan napas bayi
Perhatikan gerakan dinding dada
1. Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk dengan baik
2. Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kembali:
Ventilasi Definitif/ Lanjutan
Langkah 15
Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan udara pada tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 cm air, frekwensi 20 kali dalam waktu 30 detik.
Langkah 16
Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan:
1. Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian lakukan asuhan pasca resusitasi
2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi.
Langkah 17
Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan penilaian ulang – lihat Langkah 16 bagian 1 dan 2, demikian selanjutnya
1. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah lebih dari 2 menit – nilai jantung, siapkan rujukan, lanjutkan ventilasi
2. Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas lakukan juga penilaian denyut jantung bayi
3. Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan tetapi jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut jantung tetap tidak ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
Tindakan pasca resusitasi
Langkah 18
Bila resusitasi berhasil, lakukan:
1. Pemantauan tanda bahaya
2. Perawatan tali pusat
3. Inisiasi menyusu dini
4. Pencegahan hipotermi'
5. Pemberian vitamin K1
6. Pencegahan infeksi (Pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B)
7. Pemeriksaan fisik
8. Pencatatan dan pelaporan.
Langkah 19
Bila perlu rujukan:
1. Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
2. melanjutkan resusitasi
3. Memantau tanda bahaya
4. perawatan tali pusat
5. Mencegah hipotermi
6. Memberikan vitamin K1
7. Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
8. Membuat surat rujukan
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Jika saat merujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 serta salep mata dan susui bayi jika tidak ada kontra indikasi.
Langkah 20
Bila resusitasi tidak berhasil:
1. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
2. Memberikan petunjuk perawatan payudara
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Langkah 21
Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan:
1. Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat penghisap dan sarung tangan yang dipakai ulang
2. Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
3. Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman.
Rekam medik tindakan resusitasi
Langkah 22
Catat secara rinci:
1. Kondisi saat lahir
2. Waktu dan langkah resusitasi
3. Hasil resusitasi
4. Keterangan rujukan apabila dirujuk.

Shalat Sunnah Rawatib

“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 rakaat, maka karena amalan tersebut, ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga”(HR. Abu Dawud).
Ingin punya rumah di surga? Makanya ayo kita perbanyak shalat sunnah, salah satunya yaitu shalat rawatib. Apasih shalat rawatib itu? Shalat rawatib merupakan shalat yang dilakukan sebelum atau setelah shalat wajib. Rawatib dari segi bahasa diambil dari kata raatibah yang artinya kontinu dan terus menerus. Fungsinya untuk menambah dan juga menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib kita.
“Sesungguhnya amal perbuatan manusia yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ialah tentang shalat . Tuhan berfirman kepada malaikat-Nya, sedang Ia Dzat yang Maha Mengetahui : Periksalah salat hamba-Ku, apakah sudah cukup atau kurang? Kalau cukup catatlah baginya cukup dan kalau kurang, maka Tuhan berfirman lagi : Periksalah! Adakah hamba-Ku mempunyai amalan salat sunat? Jika ternyata terdapat salat sunatnya, lalu Tuhan berfirman lagi : Cukupkanlah kekurangan salat fardhu hamba-Ku itu dengan salat sunatnya . Kemudian diperhitungkan amal perbuatan itu menurut cara demikian.” (HR. Abu Dawud).
Shalat rawatib terbagi menjadi: Shalat Rawatib Mu’aqqad (ditekankan), dengan Shalat Rawatib Ghairu Mu’aqqad (dianjurkan). Shalat Sunnat Rawatib Mu’aqqad jumlahnya 12 rakaat, berdasarkan hadits Aisyah ra. Ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Barangsiapa yang secara konsekuen menjalankan dua belas raka’at shalat sunnah, akan dibangunkan baginya rumah di Syurga: Empat raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah Isya dan dua raka’at sebelum shalat Shubuh ” (HSR. Tirmidzi)
Dan shalat sunnat rawatib ghairu mu’aqqad yaitu 4 rakaat setelah zhuhur, 4 rakaat setelah ashar, 2 rakaat sebelum maghrib.
Terus gimana sih caranya?
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Dianjurkan mengambil tempat shalat yang berbeda dengan tempat melakukan shalat wajib.
Rasulullah SAW bersabda :
“Apakah salah seorang di antara kalian tidak mampu untuk sekedar maju, mundur, ke kiri atau ke kanan dalam shalatnya (untuk shalat sunnat) ?”(HR. Abu Daud).
Imam Ash Han’ani ra mengungkapkan : “Para ulama telah menyatakan tentang dianjurkannya bagi seseorang untuk berpindah dari tempat melakukan ibadah wajib ke tempat lain untuk melakukan ibadah sunnah, bahkan yang lebih utama lagi bila ia langsung pindah ke rumahnya, karena melaksanakan ibadah sunnah di rumah itu lebih baik, atau paling tidak ke tempat lain di lokasi masjid itu sendiri, berarti memperbanyak tempat pelaksanaan shalat” (Lihat Subulussalam 3:183)
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului azan dan qomat
Nah itu sedikit penjelasan tentang shalat rawatib. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqomah untuk menjalankan ibadah kepada-Nya, aamiin.