Inspirasi Keluarga Rasul & Sahabat
Ia adalah Ibu bagi kaum Mukminin…
Istri yang setia lagi taat…
Penentram hati dan penyejuk jiwa pasangannya...
Teladan bagi putera puterinya...
Sebaik-baik wanita pada zamannya…
Simaklah sabda Rasulullah :
"Sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid. "Dan sebaik -baik wanita dalam masanya adalah Khadijah”(HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu 'anhu).
“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya” (HR. Ahmad)
Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan di Makkah tahun 68 sebelum hijrah. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan, wanita terhormat dan
seorang saudagar yang kaya raya.
Pada masa jahiliyah ia dipanggil *al ‘Afifah ath Thahirah (Wanita terhormat dan suci)* karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya, memiliki budi pekerti luhur serta kedudukan mulia di tengah-tengah kaumnya. Orang-orang Quraisy menyebut Khadijah sebagai *pemimpin wanita Quraisy.*
Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya, ia hartawan dan dermawan juga sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu, suka memberdayakan juga membantu kaum miskin dan papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, paman Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib.
Masing-masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf.
Pada tahun 575 Masehi, Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan digunakan dengan penuh amanah, bukan untuk sekedar bersenang-senang dan berfoya-foya.
Dalam perjalanan rumah tangganya, pertama Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun, sehingga Khadijah dikenal pula dg nama *Ummu Hindun*. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia. Lalu Khadijah menikah lagi untuk yang kedua kalinya dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, suami keduanya pun meninggal dunia.
Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy.
Karenanya, Tidak sedikit para pembesar Quraisy berusaha meminang Khadijah, antara lain: Syaibah bin Rabi’ah, ‘Uqbah bin Mu’ith, Abu Jahal bin Hisyam, dan Shalt bin Abi Yahab. Tidak satu pun dari mereka yang ia terima, karena Khadijah menginginkan seorang suami yang tidak memiliki cela.
Para pemimpin Quraisy itu memiliki cela, “Syaibah adalah seseorang yang selalu berburuk sangka dan jelek hati, ‘Uqbah sudah tua renta, dan Abu Jahal adalah seorang yang kikir, sombong, dan selalu mengumpat. Adapun Shalt, ia tidak dapat memelihara wanita.
Allah telah mempersiapkan Khadijah binti khuwailid untuk menjadi pendamping Rasul-Nya yang mulia, yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khadijah dipersiapkan Allah untuk menjadi pembela dan penolong risalah yang beliau sampaikan.
Khadijah adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid.
Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).
Suatu malam, dalam mimpinya Khadijah melihat matahari berputar-putar di atas Makkah, lalu turun ke bawah di dalam rumahnya. Ia menceritakan mimpi tidurnya itu kepada Waraqah bin Naufal. Waraqah menyingkap takbir mimpinya dengan berkata, “Engkau akan menikah dengan orang agung yang ketenarannya akan mendomisai jagad raya ini.”
Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad dan muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.
Khadijah mencurahkan perasaannya tersebut kepada sahabatnya yang bernama Nafisah binti Muniyyah, dan Nafisah pun segera pergi kepada Rasulullah saw membeberkan niatan Sayyidah Khadijah tersebut dan menganjurkan Rasulullah untuk menikahinya.
Rasul menyetujuinya dan membicarakan hal ini dengan paman-paman beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendatangi paman Sayyidah Khadijah yang bernama Amr bin Asad utk melamar Khadijah.
Tidak lama setelah itu, pernikahan pun dilangsungkan, dari pihak keluarga Khadijah diwakili oleh pamannya, ‘Amr bin Asad, sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah.
Akad pernikahan ini dihadiri oleh para keluarga dari kalangan Bani Hasyim dan para pembesar kabilah Mudhar. Pada waktu itu, Nabi saw berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Pernikahan ini terjadi setelah dua bulan Rasulullah kembali dari Syam dengan mahar berupa 20 ekor unta dan 12 uqiyah emas.
Satu ekor unta harganya adalah 4.000 riyal, bila dirupiahkan sekitar Rp 15 juta. Jika onta yang dijadikan mahar 20 ekor, maka nilainya Rp 15 juta x 20 = Rp 300 juta. Satu uqiyah emas nilainya 7,4 dinar, sedangkan satu dinar nilainya mencapai Rp 2,2 juta. Jika dirupiahkan, maka mahar emas yang diberikan Nabi Muhammad Saw kepada Siti Khadijah adalah Rp 195 juta. Jika ditotal, maka mahar yang diberikan Rasulullah kepada Siti Khadijah adalah Rp 495 juta.
Khadijah dan Rasulullah SAW, dikurniakan 6 orang anak, 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim sehingga Rasulullah mendapat kuniyah sbg Abbal Qasim (ayah Qasim). Putra kedua beliau bernama Abdullah, kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi. Anak ke-3 bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Anak ke-4 dan ke-5 adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Anak yang ke-6 adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani Ali bin Abi Thalib.
Suatu hari Khadijah mendapatkan suaminya pulang dalam keadaan gemetaran. Terpancar dari raut wajahnya kekhawatiran dan ketakutan yang sangat besar.
“Selimuti aku!…., Selimuti aku!…, “ seru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada isterinya. Demi melihat kondisi yang seperti itu, tidaklah membuat Khodijah menjadi panik. Kemudian diselimuti dan dicoba untuk menenangkan perasaan suaminya.
Rasul pun segera menceritakan apa yang dialaminya pada istrinya, tahulah ia bahwa suaminya adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan tenang dan lemah lembut, Khadijah berkata : ”Wahai putera pamanku, Demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sesungguhnya engkau termasuk orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, berkata benar, setia memikul beban, menghormati dan suka menolong orang lain”. Tutur kata manis dari sang istri menjadikan beliau lebih percaya diri dan tenang.
Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW. Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Ia adalah istri Rasulullah yang lebih utama dibanding istri Rasulullah lainnya.
Diawal permulaan Islam, peranan Khadijah tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan Risalah Ilahiyah. Wanita pertama yang beriman kepada Allah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya menuju jalan Rabb-Nya. Dia yang membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengibarkan bendera Islam. bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Dengan penuh semangat, Khadijah turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa, dan berani menentang kejahilan kaumnya.
Khadijah seorang yang senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul disaat kaumnya mendustakan. Seorang pendorong utama bagi Rasul untuk selalu giat berda’wah, bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan beban berat di pundak Rasul. Perhatikan pujian Rasul terhadap Khadijah :
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku disaat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau”. (HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar)
Kebijakan, kesetiaan dan berbagai kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wa sallam. Betapa kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan ‘Aisyah . “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah. Bahkan pernah saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah, lalu Nabi menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu, selain itu, aku mendapat anak daripadanya.”
Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Khadijah al-Kubra binti Khuwailid. Ia wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
Khadijah binti Khuwailid, pergi menghadap Rabb-Nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan. Allah pernah menyampaikan penghormatan (salam) kepadanya dan Allah janjikan untuknya sebuah rumah di Syurga. Sebagaimana telah disebut dalam hadist dari Abu Hurairah: “Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.” (HR Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu).
*Mendidik Anak seperti Rasul SAW & Ibunda Khadijah*
*Pertama*
Menjadi orang tua yg *bertauhid* dan mengajarkan tauhid sebagai hal pertama dan utama pada buah hatinya *sejak dini* bahkan sejak dalam kandungan.
-*"Katakanlah (Muhammad): Inilah jalanku dan jalan orang-orang yang mengikutiku. Aku mengajak kepada Allah (tauhid) di atas landasan bashirah/ilmu.”*_(QS. Yusuf: 108)
Meneguhkan keimanan kepada Allah dan rasul-Nya adalah kunci *keberhasilan*. Inilah janji Allah bagi mereka yang beriman :
• Orang yang beriman dijamin tidak akan takut dan sedih (QS. Al-Baqarah:62)
• Orang yang beriman dijamin akan merasakan keamanan (QS. Al An’am:82)
• Orang yang beriman dijamin akan diberikan kehidupan yang baik (QS. An Nahl:97)
• Orang yang beriman akan meraih kekuasaan di muka bumi (QS. An Nur:55)
• Orang yang beriman akan dibukakan pintu keberkahan dari bumi dan langit (QS. Al A’raf:96)
• Orang yang beriman akan diberi jalan keluar dari kesulitan (QS. Ath Thalaq:2-3)
• Orang yang beriman akan ditanamkan rasa kasih sayang di hatinya (QS. Maryam:96)
• Orang yang beriman dijamin akan masuk surga (QS. Ath Thalaq:11; QS. Al Kahfi:88; QS. Thaha:75-76; QS. Al Kahfi:107-108; QS Asy Syura:22; QS. Al Furqan:70; QS. Saba’:37; QS. Ghafir:39-40)
• Orang yang beriman akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dan tempat kembali yang baik (QS. Ar Ra’du:29; QS. Fushilat:8)
*Kedua*
Menjadi orang tua yg *berakhlak* dan mengajarkan akhlak mulia.
Rasulullah SAW dan ibunda Khadijah menghadirkan suasana rumah yang dibalut *kehangatan, kelembutan, cinta kasih, dan perhatian, _tidak seperti masyarakat Arab pada saat itu yang mengedepankan karisma_
namun tegas dalam urusan agama*
Ketika kini, banyak orang tua enggan mengusapkan tangan ke pipi anaknya yang sedang meneteskan airmata. Mereka juga tidak pernah menyempatkan diri, meski sejenak, untuk membaringkan tubuh anaknya yang letih, hanya karena mereka merasa telah banyak berjasa dengan mencari uang yang tak seberapa.
Mereka ingin dihormati oleh anak-anaknya, tetapi dengan menciptakan jarak sehingga anak tak pernah sanggup mencurahkan isi hatinya kepada orang tuanya sendiri. Mereka ingin disegani, tetapi dengan cara membangkitkan ketakutan. Padahal, Rasulullah saw sering mencium putrinya, Fatimah az-Zahra. Bahkan ketika putrinya itu telah beranjak dewasa.
Rasulullah mencontohkan bagaimana menyayangi anak. Pernah, ia menggendong cucunya, _Umamah binti Abi al-Ash adalah cucu Rasul dari Zaenab_ ketika sedang salat. Jika rukuk, Umamah diletakkan dan ketika bangun dari rukuk, maka Umamah diangkat kembali. (Muttafaq ‘alaih).
Pernah juga Rasulullah bermain kuda-kudaan dengan cucunya yang lain, Hasan dan Husain. Ketika Rasulullah sedang merangkak di atas tanah,sementara kedua cucunya berada di punggungnya, Umar datang lalu berkata,“Hai Anak, alangkah indah tungganganmu.” Rasulullah menjawab, “Alangkah indahnya para penunggangnya!”
Sementara Usamah bin Zaid memberi kesaksian, “(Sewaktu aku masih kecil) Rasulullah pernah mengambil aku untuk didudukkan pada pahanya, sedangkan Hasan didudukkan pada paha beliau yang satunya, kemudian kami berdua didekapnya, seraya berdoa, “Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena aku telah mengasihi keduanya.” (HR. Bukhari).
Kisah tentang Rasulullah bersama anak adalah kisah tentang kasih sayang. Rasul memendekkan salatnya ketika mendengar tangis anak. Karena anak pula, Rasulullah pernah bersujud sangat lama. Begitu lamanya Rasulullah bersujud sampai-sampai para sahabat mengira Rasulullah sedang menerima wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah, ada cucu yang menaiki punggungnya.
Tentang mencintai anak, Rasulullah saw pernah bersabda, *“Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR. ath-Thahawi).*
Air mata Nabi Muhammad pun menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim. Abdurrahman bin ‘Auf ra. bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari)
Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Nabi Muhammad saw tidaklah marah, memukul, membentak, dan menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.
Hari ini, ketika kita mengaku sebagai umat Muhammad, apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita? Apakah kita telah mengusap kepala anak-anak sebagaimana Rasulullah. melakukan? Apakah kita juga telah mengecup kening anak-anak kita yang sangat rindu kasih-sayang orang tuanya?
Ataukah kita seperti Aqra’ bin Habis at-Tamimi ? Ketika melihat Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran. Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun memandangnya dan berkata, *"Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi."* (HR. Bukhari)
Hal ini, tidak berarti Rasulullah bersikap lunak menyangkut urusan agama. *Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan agama pada anak-anak.* Suatu hari, ketika Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah, tiba-tiba Hasan mendekat lalu memungut sebutir kurma dan menyuapnya. Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua rahangnya. "Apa kamu tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu.
*Ketegasan dan sikap adil* itu juga muncul ketika memperlakukan putri tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.
*Ketiga*
Menjadi orang tua yg *berilmu* dan mengajarkan buah hatinya untuk mencintai ilmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka *lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.* Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَافَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
Siapa pun yang menginginkan kelapangan dari Allah SWT dan ketinggian derajat, serta kebahagiaan dunia & akhirat maka lapangkanlah hati serta jiwa untuk dapat *menghadiri majelis ilmu.*
*Keempat*
Menjadi orang tua yg *istiqamah beramal* dan mengajarkan buah hatinya untuk bersungguh-sungguh mengerjakan amal kebaikan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[at-Tahrîm/66:6]
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaha/20: 132]
Rasul SAW bersabda, _*"Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing."*_ [HR. al-Hâkim, Ahmad dan Abu Dâwud; disahihkan al-Albâni dalam al-Irwâ`]
Ali bin Abi Thalib ra menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah membangunkan dirinya dan Fatimah ra, putri Nabi SAW di malam hari. Rasul bertanya : “Tidakkah kalian shalat?” Lantas aku (Ali) menjawab: Ya Rasulullah, jiwa kami ada di tangan Allah, jika Dia berkehendak membangunkan kami, Dia akan membangunkan kami”. Ali ra berkata, “ketika aku mengatakan hal itu beliau langsung pergi dan tidak mengatakan sesuatu kepadaku. Kemudian aku mendengar beliau berpaling sambil memukul pahanya seraya membaca firman Alla SWT : _*“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”*_ (QS. Al-Kahfi: 54) (HR. Bukhari)
Salah satu contoh yang diberikan oleh Rasulullah, MELAKUKAN & MENGAJAK keluarga untuk _istiqamah_ mengerjakan amal kebaikan.
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (al-Ankabut: 69)
*Kelima*
Menjadi orang tua yg *amanah* menjaga fitrah suci putera-puterinya dengan *makanan yang halal dan baik* menjaga kesempurnaan jasadnya dengan mengajarkan *berolahraga dan cukup istirahat*
“Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168)
Ketika seorang hamba melanggar perintah Allah diatas maka sesungguhnya orang itu telah diperdaya oleh setan dan masuk ke dalam perangkapnya yang menjanjikan kesengsaraan dan penyesalan di dunia dan akherat. Rasulullah SAW bersabda _*,”Sesungguhnya setan mengalir didalam tubuh manusia seperti aliran darah. Sesungguhnya aku khawatir dia (setan) akan menanamkan kejahatan didalam hati kalian.”*_ (Muttafaq Alaih)
Makanan dan minuman menjadi kebutuhan dasar manusia, menjadi hal yang harus diperhatikan bahwa kita tidak sekedar hidup untuk makan atau makan untuk hidup. Namun kita dihidupkan, dimatikan, dan dihidupkan kembali untuk diuji siapa yang paling baik amal-amalnya (Qs. Al-Mulk: 2), untuk amal terbaik dibutuhkan asupan makanan yang *halal dan baik*.
Fisik anak-anak perlu diasah dengan berolah raga dan berlatih keterampilan sehingga menjadi manusia-manusia yang _*sehat, berani, terampil, cermat, dan stabil mengawal emosinya.*_
Rasulullah SAW bersabda, _*“Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah”*_
[HR Bukhari dan Muslim]
Rasulullah SAW bersabda:
“Ajari anak-anak lelakimu renang dan memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal untuk wanita” [HR Al-Baihaqi]
Perhatikan waktu istirahat, _tidaklah tidur melampaui batas yang dibutuhkan tubuh, tidak juga menahan diri untuk beristirahat sesuai kebutuhan._ Inilah prinsip pertengahan yang Rasul ajarkan. Jauh dari sikap ifrath (berlebih-lebihan) ataupun tafrith (mengurangi atau meremehkan).
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. [An Naba : 9]
Rasul SAW tidur pada awal malam dan bangun pada pertengahan malam.
Sahabat didiklah buah hati kita menjadi shaleh/shalehah seperti Rasul & Khadijah. *Anak shalehah/shalehah adalah mereka yang :*
• Taat kepada Allah & rasul-Nya
• Berbakti kepada orang tua
• Berakhlak mulia
• Cerdas
• Sehat dan kuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar