Jumat, 03 Juli 2015

Nama-Nama Neraka Dan Dahsyatnya Adzab Di Dalamnya

Sebuah hadits datang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keberadaan Abu Tholib selepas kematiannya, apakah beliau di Surga atau di Neraka?

مَا أَغْنَيْتَ عَنْ عَمِّكَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ؟

“Apakah anda tidak bisa menolong paman anda?, karena dia selalu melindungi anda dan marah karena anda.”

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

“Dia berada di permukaan neraka. Andai bukan karena aku, niscaya dia berada di kerak neraka.” (HR. Ahmad dan Bukhori)

Hadits diatas berkenaan dengan salah satu paman Rasulullah, Abu Tholib. yang dalam hidupnya banyak membela beliau dalam menegakkan islam namun dia sendiri tidak mau masuk islam sampai akhir hayatnya.

Pedihnya Siksa Neraka

Tapi bukan hal itu yang ingin saya bahas dalam artikel ini. Yang saya bahas adalah sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa neraka ada bagian permukaannya dan ada bagian keraknya. Ini menunjukkan bahwa neraka memiliki tingkatan-tingkatan. (Baca Juga: Berbagai Nama Surga Dan Ciri Ciri Calon Penghuninya)

Alqur’an sendiri tidak menerangkan neraka mana yang berada lebih bawah dari yang lainnya. begitupun juga dengan Alhadits. yang ada hanyalah menyebutkan nama-nama neraka saja. Berikut adalah penjelasannya:

1. Neraka Hawiyah

Berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata'ala:

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (Al-Qoriah : 8-11)

Neraka Hawiyah disediakan bagi orang-orang yang ketika ditegakkan Al-mizan (timbangan) atas amal baik dan buruknya, ternyata timbangan amal baiknya lebih ringan daripada amal buruknya. Kondisi Neraka ini digambarkan dalam ayat ke-11 yakni merupakan api yang sangat panas.

Jika kita di dunia tergores wajan atau terciprat minyak penggorengan sedikit saja maka rasa panas dan pedih tidak cukup selesai dalam sehari. Apalagi jika seluruh tubuh kita di ceburkan ke dalam lautan api yang sangat panas. Na’udzu billaahi min dzalika. Segeralah kita cek dan timbang-timbang sendiri apakah amal buruk kita lebih berat timbangannya daripada amal baik. Jangan sampai kita merugi di akhirat nanti.

2. Neraka Jahim

Allah SWT berfirman:

(91). وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِلْغَاوِينَ
Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat",

(92). وَقِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ
Dan dikatakan kepada mereka: "Di manakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah (nya)

(93). مِنْ دُونِ الَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ
Selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?"

(94). فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ
Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat,

(95). وَجُنُودُ إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ
Dan bala tentara iblis semuanya.

(QS.Asy-Syu'araa :91-95)

Neraka Jahim disediakan bagi mereka yang sesat dalam hal ibadah kepada Allah. Seharusnya mereka memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Tapi mereka menjadikan tandingan-tandingan sesembahan selain Allah. Maka bukan hanya golongan manusia, berhala-berhala yang mereka sembah bersama bala tentara iblis pun dimasukkan kedalamnya.

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa bahan baku Neraka yang berupa batu-batuan sebagiannya berasal dari patung-patung berhala yang disembah ini.

Maka dari itu kita harus selalu hati-hati dalam beribadah jangan sampai ibadah kita dicampuri dengan kesyirikan. Bentuk penyembahan berhala bukan hanya berdo’a di depan patung yang tidak bernyawa. Taqlid terhadap ucapan ulama tertentu tanpa ilmu pun dikategorikan sedang menyembah Arbab.

Sebagaimana Yahudi dan Nasrani yang menjadikan rahib-rahib dan orang saleh diantara mereka sebagai Arbab. Mereka mengharamkan apa yang dihala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar