Sabtu, 10 November 2018

Buah Kesabaran dan Teladan Seorang Guru

"Bu, gimana ya saya ngajar anak-anak kok kayaknya susah banget. Yang satu nangis, yang satu diem. Yang satu main, yang satu maju tapi ga ada suaranya. Saya harus gimana ya, Bu?" tak jarang pertanyaan ini saya dapatkan ketika momen evaluasi pekanan guru-guru di awal tahun ajaran baru.
.
.
Memori saya teringat 3 tahun silam, ketika pertama kali membuka kelas Tahfizh For Kids (usia 3-6tahun) di rumah. Enam orang anak laki-laki dan satu anak perempuan. Saya dan suami resign mengajar di tempat lain demi membuka kelas ini.
.
.
Suami saya bertugas mengajar. Sedangkan saya sebagai asisten penjaga anak-anak yang sekiranya butuh bantuan.
.
.
Pekan pertama dan kedua,  anak2 masih ditunggu oleh orangtuanya. Aman. Pekan ketiga dan keempat, sebagian sudah tidak ditunggu oleh orangtuanya. Saya mulai siaga menggendong anak2 yang belum siap ditinggal oleh orangtuanya.
.
.
Bahkan, gagang pintu rumah saya saat itu sampai rusak karena energi anak-anak cukup besar untuk membuka pintu 😁. Saya gendong lagi. Kabur lagi. Bahkan, ada yang sampai kabur pulang ke rumah (kebetulan tetangga beda 1 gang, hehe.) 😅
.
.
Begitulah awal-awal saya dan suami mengajar penuh tantangan dan setiap malam kami selalu evaluasi. Membaca buku-buku tentang pengajaran alquran dan juga studi banding ke beberapa sekolah.
.
.
Sebulan pertama, kami nyaris stress. Setiap selesai ngajar, rasanya kepala seperti berasap. 😂😨
.
.
Lalu kami teringat bahwa Allah lah penggenggam hati anak2 ini.  Kami yakin fitrahnya mereka adalah anak2 yang shalih. Hanya saja cara kami saat itu mungkin kurang tepat.
.
.
Dan ternyata, kuncinya adalah ruhiyah dan kesabaran seorang guru. Pernah suatu hari ada seorang santri yang menangis dan mengamuk, saya gendong dan membujuknya. Tangisnya tak kunjung reda. Lalu saya menyerahkan anak itu ke suami yang sedang mengajar.
.
.
Dan apa yang terjadi? Tanpa digendong, cukup duduk di sebelah suami saya,  anak itu langsung diam. Dan, saya langsung ciut. 🙁😢
.
.
Teringat kisah Imam Nafi' (salah satu dari 7 imam qiroah). Beliau memiliki seorang murid yang tuli. Coba kita bayangkan bagaimana cara mengajar mengaji orang yang tuli?
.
.
Namun dengan penuh kesabaran, Imam Nafi' tetap mengajar. Hingga pada akhirnya sang murid bisa mengaji, bahkan  dikemudian hari,  muridnya menjadi seorang Imam besar qiroah. Siapakah beliau? Beliau adalah Imam Qolun.
.
.
*Terkadang, buah kesabaran itu akan kita petik nanti bertahun-tahun yang akan datang. Semoga, dengan kesabaran kita mendidik anak2 kita, Allah karuniakan mereka keberkahan ilmu yang bermanfaat untuk banyak orang. Aamiin.*

Salam,
Fatimah Azzahra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar