Adakah diantara Bapak Ibu yang saat ini merasa belum bahagia? Apa sebabnya?
.Belum memiliki anak
.Belum memiliki rumah
.Belum memiliki kendaraan mewah
.Belum haji/umroh
.Belum bayar hutang/cicilan
.Sedang Sakit atau ada keluarga yang sakit
.Sedang ada masalah dengan pasangan/ orangtua/ mertua/ teman/ tetangga/ rekan kerja/ sesama
Wah, banyak ya sebabnya. Kalau kita mencari alasan untuk tidak bahagia, ada begitu banyak hal yang bisa kita temukan dan menjadi sebab ketidakbahagiaan.
Sadar tidak sadar, barangkali selama ini, hidup, diri, pikiran dan perasaan kita didominasi oleh ketidakbahagiaan.
Itulah sebabnya, saat kita merasa tidak bahagia, perilaku kita pun menunjukkan ketidakbahagiaan.
Apa itu wujud ketidakbahagiaannya?
MENGELUH
Coba Cek! Apakah Bapak/Ibu termasuk pribadi yang mudah mengeluh? (Jawab dalam hati aja ya)
Kalau iya, itu mengindikasikan bahwa Bapak/Ibu belum bahagia.
Apa sih itu BAHAGIA?
Setiap orang ingin hidupnya bahagia, betul? Tapi sedikit sekali orang yang mengetahui dan memahami apa itu bahagia. Akibatnya, ia tidak tahu bagaimana cara menjadi bahagia.
Setiap orang ingin hidupnya bahagia, betul? Tapi sedikit sekali orang yang mengetahui dan memahami apa itu bahagia. Akibatnya, ia tidak tahu bagaimana cara menjadi bahagia.
Kebahagiaan adalah TUJUAN AKHIR dari segala aktivitas. Artinya, tidak ada lagi tujuan lain yang hendak diupayakan setelah mencapai kebahagiaan itu.
Semua tujuan lain yang bukan kebahagiaan adalah tujuan sementara yang diperjuangkan untuk mencapai tujuan yang lain lagi. Salah satu ciri bahwa suatu tujuan yang kita klaim sebagai sumber kebahagiaan kita, tetapi ternyata palsu, adalah bahwa tujuan itu ternyata bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan lain.
Contohnya, kita belajar untuk menuntut ilmu. Setelah belajar kita jadi mengetahui dan memahami suatu ilmu. Setelah memahaminya, kita akan berusaha untuk mengamalkan ilmu tersebut. Kita juga berusaha menjaga hubungan baik dengan guru yang memberi kita ilmu. Sehingga kita bisa mendapat manfaat, berkah, dan kebaikan dari ilmu tersebut. Saat kita mendapat berkahnya maka kita akan merasa senang. Saat kita senang kita akan terus melakukannya lagi sampai pada tujuan akhir yakni KEBAHAGIAAN SEJATI.
Belajar adalah sarana, betul? Belajar, bukanlah tujuan akhir. Artinya, bila kita tidak belajar pun, masih ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Tapi dengan belajar, kita akan menjadi lebih mudah dan cepat untuk meraih kebahagiaan sejati.
Misal kita mau belajar tentang ilmu manajemen emosi. Tujuannya supaya bisa lebih mampu mengendalikan diri, tidak mudah marah/cemas/kecewa sehingga bisa menjalin hubungan yang hangat dengan anak, suami, dan sesama. Saat kita bisa berhubungan baik dengan orang lain, silaturahim kita terjaga, rezeki lancer, dan mendapat berkah kebahagiaan sejati.
Tapi, bila kondisi belum memungkinkan kita untuk belajar manajemen emosi karena satu dan lain hal di satu tempat, bukan berarti kita jadi tidak bahagia, iya kan. Kita masih bisa mengupayakan cara lain yang bisa membuat emosi kita lebih terkendali.
Begitu pula halnya dengan permasalahan-permasalahan yang disampaikan di awal tadi. Belum punya anak, karir stagnan, sakit, belum punya rumah, belum punya kendaraan, dan banyak hal lain yang umumnya kita keluhkan, itu semua bukanlah kebahagiaan sejati yang kita cari.
Dalam arti, ketika misal pun kita belum juga dikaruniai anak, belum punya kendaraan bagus, punya penyakit, punya masalah, itu semua tidak menjadi penghalang kita untuk menjadi pribadi yang bahagia, karena kita masih bisa mencari sarana lain untuk meraih bahagia. Bila pun kita telah memiliki dan mendapatkan item-item tadi, punya anak, punya mobil, tubuh sehat, itu juga belum tentu menjamin kita bisa bahagia, bila kita tidak menggunakannya sebagai sarana untuk meraih tujuan akhir yang hakiki.
Apa yang kita anggap sebagai pemberi bahagia selama ini, itu hanyalah SARANA dan hanya kebahagiaan semu, yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir, yakni kebahagiaan yang sejati. Bilapun sarana itu belum kita miliki, kita masih bisa mengupayakan sarana lain yang sudah kita miliki untuk meraih kebahagiaan sejati.
KEBAHAGIAAN SEJATI
Salah satu tanda bahwa seseorang telah sampai (atau setidaknya dekat) pada kebahagiaan, salah satu tandanya adalah dengan hadir dan sadar sepenuhnya ketika berada di sini dan saat ini, to be fully here and now.
Ia punya tujuan akhir yang tiada lagi tujuan lain setelah itu, yakni AKHIRAT. Ia punya tujuan untuk bisa selamat dan bahagia di akhirat. Dan untuk bisa mencapai itu, maka ia harus menjadi pribadi yang bahagia pula di dunia.
Maknanya adalah, ia masih hidup dan beraktivitas di dunia dengan segala kesibukan yang ada, tetapi dunia tak lagi mengotori hatinya, tak lagi dapat mengganggu kedamaian hatinya. Jadi, orang yang bahagia adalah yang bisa menikmati hidupnya setiap saat, setiap waktu, dan di mana pun ia berada, apapun kondisi yang ia hadapi.
BAHAGIA DI DUNIA
Untuk bisa merasakan kebahagiaan di dunia, kita harus hadir sepenuhnya saat ini. Kita melakukan segala aktivitas dengan suatu kesadaran yang tinggi, bahwa apa yang kita lakukan semuanya akan dipertanggungjawabkan. Sehingga kita benar-benar menjaga sikap, pikiran, perasaan, dan perilaku kita selalu dalam keadaan yang baik dan positif.
Tidak lagi mengeluh tapi berusaha untuk bersyukur. Belum punya anak, kita syukuri dengan bakti pada orangtua, bisa berbuat baik pada sesama, bekerja dan terus berkarya memberi manfaat. Jadi walau belum dikarunia anak, kita tetap bisa melakukan aktivitas yang membuat kita sampai pada tujuan akhir, bahagia hingga ke akhirat.
Belum punya rumah, tidak menjadi halangan bagi kita untuk membangun keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah. Sehingga urusan rumah tidak membebani pikiran kita untuk memaksa diri menggunakan cara pintas meraihnya. Tapi kita mengupayakan cara akhirat untuk memudahkan mencapainya. Yakni dengan berbuat baik, saying, taat pada suami bagi seorang istri, sayang pada istri bagi suami, menyayangi buah hati, bakti pada orangtua, sehingga berkahnya rumah tangga kita akan melapangkan rezeki yang membuat jalan untuk memiliki rumah pun terbuka.
BAHAGIA SAAT INI, TANPA NANTI, TANPA TAPI
Dengan memahami konsep bahagia tadi, kita jadi paham, bahwa bahagia bukan bila, bukan jika. Tapi, bahagia adalah saat ini dan sekarang juga, di hati kita, di jiwa kita, di batin kita. Bahagia bukan pada apa-apa yang berada di luar diri kita. Tapi bahagia bisa kita peroleh saat ini juga pada apa-apa yang sudah ada pada diri kita sendiri.
Apa yang selama ini kita kira bisa membuat kita bahagia dengan berandai, bila… jika…. Sesungguhnya bukanlah tujuan akhir melainkan hanya sarana, sehingga bila pun kita meraih itu, masih akan ada lagi terusannya yang membuat kita akan terus mengejar sesuatu yang bukan hakiki. Sebaliknya bila pun kita belum bisa meraihnya, masih ada jalan dan sarana lain yang bisa kita gunakan untuk bisa meraih kebahagiaan hakiki, dengan menggunakan apa-apa yang sudah ada pada diri kita.
Jadi kesimpulannya, Bahagilah Saat Ini, Tanpa Nanti, Tanpa Tapi. Dengan Apa Yang Sudah Kita MIliki, Raihlah Kebahagiaan Yang Hakiki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar