Pertanyaan :
Dokter, saya ingin bertanya;
1. Bagaimana caranya agar hati saya ngga selalu suudzon sama suami saya? Walaupun sebenarnya misalkan suami saya memang suka bertingkah dokter. Saya cuma ingin tenang aja dokter. Bagaimana cara ngobatinnya?
2. Bisakah suami saya langsung jadi suami yang baik dan bertanggung jawab?
Jawaban :
Pahami saja hakikat hidup ini ...
*Pertama*, Setiap kita akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri2.
Semua akan berlepas tangan untuk masalah orang lain.
Sehingga, apa yang perlu sebagai kebaikan, maka fokus utk menyempurnakannya dan tinggalkan perkara yg tak ada manfaatnya seperti marah ataupun kecewa.
*Kedua*, Allah punya cara berkomunikasi sama Kita.
Bisa melalui *ni'mat* dan karuniaNya yang senantiasa patut Kita *syukuri*.
Setiap kebaikan yang Allah kasih, baik organ tubuh yang masih bisa berfungsi baik, maka syukuri.
Setiap udara yang kita hirup, maka syukuri.
Kenikmatan bisa tidur, maka syukuri.
Kenikmatan bisa ibadah, maka syukuri, dll.
Kenikmatan masih diberi Allah kesempatan melayani hamba-hambaNya yang dititip ke Kita, maka syukuri.
Maka rasa syukur ini akan mendatangkan ni'mat2 Allah lainnya.
Selain itu, Allah berkomunikasi dengan Kita melalui mereka yang terhubung dengan Kita, bisa melalui orang-orang terdekat ataupun jauh, seperti orang tua, pasangan, anak, saudara, tetangga, dan lain-lain.
Sejatinya mereka adalah alat Allah untuk berkomunikasi dengan Kita.
Mereka ini hanyalah alat Allah yang dititip Allah untuk Kita bukan milik Kita ya mba', jadi jangan pernah merasa memiliki.
Kalau mereka bermasalah, maka, yang bisa mengubah mereka adalah Allah, bukan Kita, maka berdoalah yang baik-baik untuk mereka.
Kita tak pernah didesain oleh Allah untuk mengubah mereka.
Tugas Kita sekedar menda'wahi mereka dan melayaninya sebagaimana mereka adalah titipan Allah, tidak lebih dari itu.
Hanya orang-orang yang *merasa memiliki* sehingga berharap banyak pada mereka, padahal mereka bukan *milik* Kita, apalagi mereka bukanlah *Tuhan* yang bisa memberikan apa yang Kita harapkan.
*Hati-hati*, jika sampai hati Kita merasa *ngga nyaman* dengan sikap orang lain, jangan-jangan Kita sudah menduakan Nya (syirik) dengan fokus pada mereka.
Hati Kita sejatinya tenang dengan mengingatNya, bukan dirusak karena lalai dariNya sehingga fokus dengan selain Nya.
Apa yang mesti kita lakukan?
Daripada fokus tentang hal-hal negatif tentang mereka, lebih baik fokuslah pada hal-hal positif atau kelebihan apa yang mereka miliki, termasuk pasangan.
Tentu ada kelebihan-kelebihannya bukan?
Boleh jadi, selama ini kita terlalu fokus dengan kekurangannya, sehingga kekurangannya terlihat menjadi besar, menutupi kebaikan-kebaikannya.
Oleh karena itu fokuslah pada kelebihannya, bersyukur pada Allah karena masih diberikan kelebihan pada diri pasangan, selanjutnya, terima dengan tulus setiap kekurangannya.
Selanjutnya, tetaplah memberikan pelayanan terbaik sepenuh cinta padanya karena Allah, bukan karena cinta diri sendiri sehingga baru membalas melayani jika pasangan memberikan dampak baik.
Sahabat Belajar Anda,
*dr. Ramadhanus, CH., CHt., CT.NNLP., CET.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar